Ini 8 Cara Menasehati Anak yang Sudah Dewasa

Cara Menasehati Anak yang Sudah Dewasa

Cara menasehati anak yang sudah dewasa sering kali menjadi tantangan tersendiri bagi para orang tua. Berbeda dengan masa kecil mereka, ketika segala nasihat diterima tanpa banyak pertimbangan, anak dewasa memiliki pola pikir dan emosi yang lebih kompleks. Oleh karena itu, pendekatan yang tepat sangat diperlukan untuk memastikan bahwa nasihat ayah dan bunda dapat diterima dengan baik tanpa menimbulkan konflik.

Saat anak kecil, mereka cenderung menerima arahan tanpa banyak perlawanan karena mereka melihat orang tua sebagai otoritas penuh. Namun, ketika sudah dewasa, mereka memiliki pola pikir dan pandangan hidup sendiri. Dalam fase ini, mereka lebih memilih diskusi daripada instruksi, dan mereka ingin dihormati sebagai individu yang mandiri.

Menurut definisi dari Mahkamah Agung Republik Indonesia, seseorang dikatakan dewasa ketika telah mencapai usia 18 tahun atau sudah menikah. Pada usia ini, anak mulai berhadapan dengan realitas kehidupan yang lebih kompleks, seperti pendidikan tinggi, pekerjaan, atau bahkan membangun keluarga sendiri. Karena itu, cara orang tua menasehati juga harus disesuaikan dengan kebutuhan dan pemikiran mereka.

Menasehati anak yang sudah dewasa merupakan bentuk cinta dan perhatian. Namun, penting untuk diingat bahwa nasihat yang baik adalah yang membangun, bukan yang mengatur. Beberapa alasan mengapa menasehati anak dewasa itu penting antara lain:

  • Nasihat yang diberikan dengan cara yang benar dapat memperkuat hubungan antara orang tua dan anak.
  • Anak akan merasa didukung tanpa merasa dikontrol.
  • Masa dewasa muda adalah masa penuh gejolak. Dari karier hingga hubungan, anak dewasa sering kali merasa bingung dan membutuhkan arahan.
  • Nasihat merupakan sarana untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan yang dapat membantu mereka menghadapi dunia dengan lebih bijaksana.

Cara Menasehati Anak yang Sudah Dewasa

Berikut ini langkah-langkah yang dapat ayah dan bunda lakukan dalam menasehati anak yang sudah dewas.

1. Berkomunikasi dengan Nada Lembut dan Sopan

    Menasehati dengan nada tinggi atau sikap marah hanya akan menciptakan jarak antara orang tua dan anak. Sebaliknya, gunakan nada lembut yang menunjukkan kepedulian dan hormat. Anak dewasa akan lebih mudah menerima nasihat jika mereka merasa dihargai. Ingat, nada bicara mencerminkan bagaimana ayah dan bunda memandang mereka, jadi usahakan untuk selalu berbicara dengan penuh empati.

    2. Dengarkan Tanpa Menghakimi

      Anak dewasa membutuhkan pendengar yang baik. Ketika mereka berbagi cerita atau masalah, dengarkan dengan seksama tanpa menyela atau memberikan komentar yang menghakimi. Biarkan mereka menyelesaikan kalimatnya dan ekspresikan pemahaman ayah dan bunda melalui anggukan atau kata-kata seperti “saya mengerti”. Setelah itu, barulah Anda bisa memberikan saran yang relevan dengan situasi mereka.

      3. Jadilah Teman, Bukan Hanya Orang Tua

        Cobalah untuk mendekati anak dewasa layaknya teman. Diskusikan masalah sehari-hari, tanya tentang kegiatan mereka, dan tunjukkan ketertarikan pada hal-hal yang mereka sukai. Hubungan yang santai akan mempermudah proses komunikasi. Ketika ayah dan bunda dapat berdiskusi tanpa tekanan, anak akan lebih terbuka untuk mendengar nasihat. Jadilah seseorang yang mereka percaya untuk curhat, bukan sosok yang hanya memberikan perintah.

        4. Berikan Kebebasan yang Proporsional

          Anak dewasa membutuhkan ruang untuk bereksplorasi dan membuat keputusan sendiri. Jangan terlalu membatasi mereka, tetapi tetap berikan pengawasan yang bijaksana. Kebebasan yang diberikan dengan tanggung jawab akan membantu mereka tumbuh menjadi pribadi yang mandiri. Pastikan ayah dan bunda selalu ada untuk mendukung mereka jika mereka membutuhkan bimbingan, tetapi biarkan mereka belajar dari keputusan mereka sendiri.

          5. Gunakan Pendekatan yang Sesuai dengan Kepribadian Anak

            Setiap anak memiliki karakter yang berbeda. Pahami kepribadian mereka dan sesuaikan cara ayah dan bunda memberikan nasihat. Misalnya, anak yang sensitif mungkin membutuhkan pendekatan yang lebih lembut dibandingkan anak yang berkarakter tegas. Kenali apa yang membuat mereka merasa nyaman dan diterima, lalu gunakan pendekatan tersebut untuk membangun komunikasi yang efektif.

            7. Fokus pada Solusi, Bukan Masalah

              Alih-alih memperbesar kesalahan atau masalah yang dihadapi anak, fokuslah pada solusi yang dapat membantu mereka keluar dari situasi tersebut. Pendekatan ini akan membuat anak merasa didukung, bukan dihakimi. Misalnya, jika anak sedang menghadapi tantangan di pekerjaan, bantu mereka mencari cara untuk meningkatkan keterampilan atau menyusun strategi baru.

              8. Sampaikan Nasihat dengan Contoh Nyata

                Gunakan pengalaman hidup ayah dan bunda atau contoh nyata dari orang lain untuk menyampaikan nasihat. Hal ini akan membuat nasihat Anda terasa lebih relevan dan mudah dipahami oleh anak. Contoh nyata memberikan gambaran konkret tentang bagaimana mereka dapat menghadapi situasi tertentu, sehingga mereka dapat belajar dari pengalaman tersebut tanpa merasa didikte.

                Semoga ulasan tentang Cara Menasehati Anak yang Sudah Dewasa dapat bermanfaat buat ayah dan bunda.

                Baca juga:

                Referensi

                1. Wulandari, H., & Tahera, S. (2024). Pentingnya Pemahaman Orang Tua Terhadap Pola Asuh pada Anak. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 10(13), 730-737.
                2. Aguirre-Dávila, E., et al. (2023). Pola Pengasuhan dalam Keluarga dan Dampaknya terhadap Perkembangan Anak. Jurnal Ilmiah Multidisiplin Ilmu, 6(2), 1011-1020.
                3. Surianti, L. (2022). Dampak Inner Child Pada Kehidupan Dewasa. Jurnal Agenda, 14(1), 33–40.
                4. Mailandari, O., & Sutarman. (2024). Pola Asuh Orang Tua dalam Pembentukan Akhlak Anak di Daerah Istimewa Yogyakarta. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 6(2), 1011-1020.
                5. Sari, P., & Khotimah, H. (2021). Peran Orang Tua dalam Pembelajaran Anak di Rumah. Jurnal Ilmiah Psikologi dan Kesehatan Masyarakat, 2(1), 249-227.
                6. Wahid, N., & Halilurrahman, M. (2019). Dampak Pola Asuh Otoriter terhadap Perilaku Anak. Pendas: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 4(2), 12515-5421.
                7. Vinayastri, N. (2015). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Perkembangan Otak Anak. Jurnal Ilmiah Multidisiplin Ilmu, 2(1), 58-52.
                Please follow and like us:
                Scroll to Top