Karateristik dan 4 Jenis Attachment Style

Attachment Style

Attachment style, atau gaya keterikatan, merupakan konsep psikologi yang menggambarkan bagaimana seseorang menjalin hubungan dengan orang lain. Dimulai sejak masa kanak-kanak, attachment style sangat dipengaruhi oleh pola asuh yang diberikan oleh orang tua atau pengasuh utama. Lebih dari sekadar teori, attachment style memainkan peran penting dalam membentuk hubungan kita di masa dewasa, baik dalam lingkup keluarga, pertemanan, hingga hubungan romantis.

Apa Itu Attachment Style?

Attachment style pertama kali diperkenalkan oleh John Bowlby, seorang psikoanalis pada tahun 1950-an, yang berpendapat bahwa hubungan awal antara anak dan pengasuh utama membentuk pola dasar keterikatan emosional. Penelitian ini kemudian dikembangkan oleh Mary Ainsworth melalui eksperimen “Strange Situation” yang mengidentifikasi berbagai reaksi anak saat berpisah dan bertemu kembali dengan pengasuh mereka.

Konsep ini tidak hanya relevan untuk masa kanak-kanak, tetapi juga memainkan peran penting dalam hubungan dewasa. Dengan memahami attachment style, kamu dapat menyadari pola perilaku dalam hubungan dan menemukan cara untuk memperbaikinya.

Jenis-Jenis Attachment Style

Ada empat jenis utama attachment style, yaitu secure, anxious, avoidant, dan fearful-avoidant (juga dikenal sebagai disorganized attachment). Masing-masing memiliki karakteristik unik yang memengaruhi cara seseorang menjalani hubungan.

1. Secure Attachment

Secure attachment dianggap sebagai gaya keterikatan yang ideal. Anak yang tumbuh dengan secure attachment biasanya merasa dicintai dan dihargai oleh orang tuanya. Ini menciptakan rasa aman yang menjadi fondasi hubungan sehat di masa dewasa.

Ciri-Ciri Secure Attachment:

  • Mampu mengatur emosi dengan baik.
  • Mandiri namun tetap mampu meminta bantuan saat diperlukan.
  • Nyaman dalam hubungan yang dekat dan mendalam.
  • Tidak takut untuk mengekspresikan perasaan.
  • Mudah mempercayai orang lain.
  • Memiliki harga diri yang tinggi.

Gaya ini terbentuk ketika orang tua atau pengasuh konsisten dalam memenuhi kebutuhan anak, baik secara fisik maupun emosional. Anak merasa bahwa dunia adalah tempat yang aman, dan mereka dihargai apa adanya.

Orang dewasa dengan secure attachment cenderung mampu membangun hubungan romantis yang sehat. Mereka bisa mengelola konflik dengan baik, tidak takut berkomitmen, dan memberikan ruang bagi pasangannya untuk berkembang.

2. Anxious Attachment

Anxious attachment terbentuk ketika pola asuh orang tua tidak konsisten. Terkadang anak dimanjakan, tetapi di lain waktu diabaikan. Ketidakkonsistenan ini membuat anak merasa cemas akan kehilangan cinta dan perhatian.

Ciri-Ciri Anxious Attachment:

  • Sulit menerima kritik.
  • Membutuhkan validasi dari orang lain secara terus-menerus.
  • Mudah cemburu.
  • Kurang percaya diri.
  • Takut ditinggalkan oleh pasangan atau orang terdekat.
  • Bergantung secara emosional pada pasangan.

Ketika kebutuhan emosional anak tidak terpenuhi secara konsisten, anak belajar bahwa kasih sayang bersifat sementara. Akibatnya, mereka menjadi cemas dan selalu mencari kepastian dalam hubungan.

Orang dewasa dengan anxious attachment sering kali terjebak dalam hubungan yang tidak sehat. Mereka cenderung posesif, terlalu bergantung pada pasangan, dan takut ditinggalkan.an dan mencari jaminan bahwa mereka dicintai. Namun, ketergantungan ini dapat menyebabkan konflik dan ketegangan dalam hubungan.

3. Avoidant Attachment

Avoidant attachment muncul ketika anak diajarkan untuk menjadi mandiri sejak dini, sering kali dengan cara yang tidak sehat. Orang tua mungkin mengabaikan kebutuhan emosional anak atau memberikan perhatian hanya pada prestasi, bukan perasaan.

Ciri-Ciri Avoidant Attachment:

  • Sangat mandiri, bahkan cenderung menolak bantuan.
  • Menghindari hubungan emosional yang mendalam.
  • Sulit mengekspresikan perasaan.
  • Cenderung menjaga jarak dalam hubungan.
  • Memilih hubungan jangka pendek daripada komitmen jangka panjang.

Pola asuh yang keras dan tidak memberikan dukungan emosional membuat anak belajar untuk mengandalkan diri sendiri. Mereka merasa bahwa menunjukkan emosi adalah tanda kelemahan.

Orang dewasa dengan avoidant attachment cenderung kesulitan membangun hubungan yang intim. Mereka lebih suka menjaga jarak, bahkan dari pasangan, dan merasa nyaman saat sendirian.

4. Fearful-Avoidant (Disorganized) Attachment

Disorganized attachment adalah gaya keterikatan yang paling kompleks dan sering kali terkait dengan trauma masa kecil. Anak-anak dengan gaya ini biasanya mengalami pola asuh yang penuh dengan kekerasan, pengabaian, atau trauma mendalam.

Ciri-Ciri Disorganized Attachment:

  • Perilaku yang kontradiktif, seperti mendekat tetapi kemudian menjauh.
  • Sulit mengatur emosi.
  • Tingkat kecemasan yang tinggi.
  • Takut disakiti, tetapi juga mendambakan hubungan.
  • Cenderung menyakiti diri sendiri atau orang lain.

Gaya ini sering kali terbentuk karena pengalaman traumatis, seperti pelecehan, pengabaian, atau kehilangan orang tua. Anak merasa bingung dan tidak tahu bagaimana harus merespons kebutuhan emosional mereka sendiri.

Orang dewasa dengan disorganized attachment sering kali memiliki masalah kesehatan mental, seperti gangguan kecemasan, depresi, atau gangguan kepribadian. Mereka cenderung sulit membangun hubungan yang sehat.

Mengubah Attachment Style

Bila merasa attachment style kamu menghambat hubungan, ada kabar baik: ini bisa diubah! Berikut langkah-langkahnya:

  • Refleksikan pola perilaku kamu dalam hubungan dan coba identifikasi gaya keterikatan.
  • Terapi, seperti terapi perilaku kognitif atau terapi pasangan, dapat membantu kamu mengatasi pola yang tidak sehat.
  • Berbicaralah dengan pasangan tentang kebutuhan dan ketakutan untuk membangun pemahaman bersama.
  • Sadari emosi dan respons dalam hubungan, dan coba tanggapi dengan cara yang lebih sehat.
  • Fokus pada pengembangan self-esteem dan kemandirian emosional.

Dengan memahami empat jenis attachment style seperti secure, anxious, avoidant, dan disorganized, kita dapat mengenali pola-pola perilaku kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita. Semoga bermanfaat ya.

Referensi

  1. Marschall, A. (2023). Signs You Have an Anxious-Preoccupied Attachment Style. Verywell Mind.
  2. Sagone, E., et al. (2023). Exploring the Association between Attachment Style, Psychological Well-Being, and Relationship Status in Young Adults and Adults—A Cross-Sectional Study. European Journal of Investigation in Health, Psychology and Education, 13(3), pp. 525–539.
  3. Robinson, R. (2023). How Attachment Styles Affect Adult Relationships. Help Guide.
  4. Cleveland Clinic (2022). The 4 Attachment Styles and How They Impact You.
  5. Mandriota, M. (2021). Here Is How to Identify Your Attachment Style. Psych Central.
  6. Cherry, K. (2022). The Different Types of Attachment Styles. Verywell Mind.
Please follow and like us:
Scroll to Top