Jenis-Jenis Jeruk Keprok di Indonesia

Jeruk Keprok

Jeruk keprok, atau yang sering disebut jeruk mandarin, adalah salah satu buah yang paling mudah dikenali di Indonesia. Kulitnya yang tipis dan mudah dikupas membuatnya jadi favorit banyak orang, terutama bagi mereka yang tidak suka repot. Tapi jangan salah, di balik kemudahan mengupasnya, jeruk ini punya segudang cerita menarik, mulai dari sejarahnya yang panjang hingga ragam jenisnya yang memikat lidah.

Asal-Usul Jeruk Keprok

Jeruk keprok dipercaya berasal dari Asia Tenggara, khususnya Tiongkok dan India. Konon, buah ini sudah dibudidayakan sejak ribuan tahun lalu sebelum akhirnya menyebar ke berbagai belahan dunia melalui jalur perdagangan. Pedagang Arab dan Eropa membawanya ke Timur Tengah dan Mediterania, sementara para pelaut membawanya ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Jeruk ini tumbuh subur di daerah dengan ketinggian 400–1.200 mdpl. Tanah yang gembur dan drainase baik sangat penting untuk pertumbuhannya Di Nusantara, jeruk keprok sudah lama dikenal dan dibudidayakan, terutama di daerah dengan iklim sejuk seperti pegunungan. Jawa Timur (Batu, Malang, Jember, Banyuwangi), Jawa Barat (Garut), Bali, dan Nusa Tenggara Timur menjadi sentra produksinya. Tak heran jika jeruk ini begitu mudah ditemui di pasar tradisional maupun supermarket.

Petani biasanya memanfaatkan bibit unggul untuk mendapatkan hasil panen yang optimal. Perawatan seperti pemupukan, penyiraman, dan pengendalian hama juga menjadi kunci keberhasilan budidaya jeruk keprok.

Mengenal Ciri-Ciri Jeruk Keprok yang Khas

Jeruk keprok (Citrus reticulata) memiliki sejumlah karakteristik unik yang membedakannya secara signifikan dari varietas jeruk lainnya. Menurut penelitian oleh Wu et al. (2018), jeruk keprok termasuk dalam kelompok “jeruk mudah dikupas” (easy-peeler citrus) yang memiliki keistimewaan dalam hal fisik dan cita rasa. Berikut penjelasan tentang ciri-ciri pembedanya:

1. Kulit Tipis dan Mudah Dikupas

Salah satu keunggulan utama jeruk keprok terletak pada kulitnya yang tipis namun mudah terlepas dari daging buah. Berbeda dengan jeruk biasa seperti jeruk manis (Citrus sinensis) yang memerlukan tekanan kuat saat mengupas, jeruk keprok dapat dibuka hanya dengan menggunakan tangan. Bahkan anak-anak pun mampu mengupasnya tanpa kesulitan (Hodgson, 1967). Keistimewaan ini disebabkan oleh kandungan albedo (lapisan putih bawah kulit) yang lebih tipis dan struktur kulit yang longgar.

2. Ukuran Kecil hingga Sedang

Secara morfologi, jeruk keprok cenderung berukuran lebih kecil dibandingkan jeruk pada umumnya. Namun menurut penelitian Liu et al. (2020), justru ukurannya yang compact ini membuat kepadatan daging buah lebih tinggi dengan kandungan gula yang terkonsentrasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio daging terhadap kulit pada jeruk keprok mencapai 70-75%, lebih tinggi dibanding jeruk besar seperti pomelo yang hanya 50-60%.

3. Bentuk Bulat Gepeng

Bentuk jeruk keprok tidak sepenuhnya bulat sempurna seperti jeruk pada umumnya. Sebagaimana dicatat dalam studi Tanaka (1954), jeruk keprok memiliki karakteristik bentuk oblate (gepeng) dengan diameter vertikal yang lebih pendek dibanding diameter horizontal. Ciri bentuk ini menjadi salah satu penanda visual yang mudah dikenali di antara varietas jeruk lainnya.

4. Daging Buah Berair dan Mudah Dipisah

Bagian dalam jeruk keprok menunjukkan keunikan dalam struktur daging buah. Saat dikupas, daging buah terbagi menjadi segmen-segmen yang mudah dipisahkan tanpa merusak tekstur. Penelitian Kim et al. (2019) mengungkap bahwa hal ini disebabkan oleh kandungan pektin dan senyawa antarbalok segmen (segment membrane) yang lebih rendah dibanding jeruk jenis lain. Teksturnya yang lembut namun tetap juicy, memberikan sensasi rasa manis dengan sedikit asam yang khas dan menyegarkan.

Jenis-Jenis Jeruk Keprok yang Populer di Indonesia

Di balik nama umum “jeruk keprok”, tersembunyi beragam varietas yang masing-masing memiliki karakteristik unik. Indonesia sebagai negara agraris dengan iklim tropis yang ideal telah mengembangkan beberapa varietas jeruk keprok yang berbeda, baik yang berasal dari lokal maupun hasil introduksi dari luar negeri.

1. Jeruk Keprok Batu 55

Varietas yang berasal dari Kota Batu, Malang ini menjadi salah satu primadona jeruk keprok Indonesia. Yang membedakannya secara mencolok adalah kulitnya yang relatif lebih tebal dengan warna oranye cerah yang menggoda. Ketebalan kulit ini justru menjadi keunggulan karena memberikan perlindungan lebih pada daging buah, sehingga memiliki daya simpan yang lebih baik dibanding varietas lain. Menurut data Dinas Pertanian Jawa Timur, jeruk ini mampu bertahan hingga 2 minggu dalam penyimpanan normal, membuatnya menjadi komoditas ekspor yang potensial. Dari segi rasa, varietas ini menawarkan keseimbangan sempurna antara manis dan asam, memberikan sensasi segar yang khas.

2. Jeruk Keprok Garut

Asli Garut, Jawa Barat, varietas ini mudah dikenali dari penampilannya yang khas. Kulitnya menunjukkan gradasi warna dari kuning ke oranye dengan tekstur permukaan yang sedikit kasar ketika diraba. Keistimewaan utama varietas ini terletak pada kandungan airnya yang melimpah. Petani Garut menyebutnya sebagai “jeruk air” karena saat digigit, buah ini melepaskan semburan air yang menyegarkan. Karakter inilah yang membuatnya sangat cocok dikonsumsi langsung saat cuaca panas atau diolah menjadi jus segar. Keunikan lainnya adalah aroma khas yang lebih tajam dibanding varietas lain, menjadi penanda kualitas jeruk Garut asli.

3. Jeruk Keprok Siam

Berbeda dengan kedua varietas sebelumnya, jeruk keprok siam menampilkan penampilan yang lebih sederhana dengan kulit tipis berwarna kuning kehijauan. Namun jangan tertipu oleh penampilannya, karena varietas ini menyimpan kejutan dalam hal rasa. Kandungan gula yang tinggi membuatnya menjadi salah satu varietas termanis, meski tetap menyisakan sedikit asam sebagai penyeimbang. Karakter rasa inilah yang membuatnya menjadi favorit untuk berbagai olahan, mulai dari jus, campuran minuman, hingga bahan pembuatan kue dan dessert. Beberapa produsen minuman kemasan bahkan secara khusus mencari jeruk siam untuk dijadikan bahan baku karena memberikan cita rasa yang khas.

4. Jeruk Satsuma

Merupakan varietas introduksi yang memiliki keunikan dalam sistem reproduksinya. Berbeda dengan jeruk pada umumnya, satsuma mampu berkembang melalui partenokarpi – proses pembentukan buah tanpa pembuahan. Hasilnya adalah buah yang praktis tanpa biji atau dengan biji yang sangat minimal. Keunggulan ini membuatnya sangat disukai oleh konsumen yang mengutamakan kepraktisan, terutama untuk bekal anak sekolah atau konsumsi sehari-hari. Dari segi rasa, satsuma cenderung lebih ringan dengan kadar asam yang lebih rendah, membuatnya cocok untuk mereka yang sensitif terhadap rasa asam.

5. Jeruk Clementine

Varietas ini merupakan hasil kawin silang alami antara jeruk keprok dengan jeruk manis. Ukurannya yang kecil menipu, karena dibalik bentuknya yang mungil tersimpan daging buah yang padat dan sangat manis. Kulitnya yang mudah dikupas menjadi nilai tambah, seringkali bisa dilepas dalam satu kali tarikan saja. Clementine dikenal memiliki masa panen yang lebih awal dibanding varietas lain, biasanya sudah bisa dipanen di awal musim jeruk. Di Indonesia, varietas ini masih tergolong baru dan banyak dibudidayakan secara intensif di daerah Jawa Timur dan Bali.

Tips Memilih Jeruk Keprok yang Bagus

Memilih jeruk keprok yang baik memerlukan kejelian dan pemahaman akan karakteristik buah segar. Berikut tips untuk mendapatkan jeruk keprok dengan kualitas terbaik:

1. Evaluasi Kondisi Kulit Buah

Perhatikan tekstur dan elastisitas kulit jeruk. Pilihlah buah dengan kulit yang masih kencang dan terasa kenyal saat ditekan ringan. Kulit yang keriput atau mengendur merupakan indikator bahwa buah telah dipanen terlalu lama dan mulai kehilangan kandungan airnya. Menurut penelitian terbaru, jeruk dengan kulit masih kencang memiliki kandungan vitamin C 20-30% lebih tinggi dibanding yang sudah keriput.

2. Cium Aroma Khas yang Segar

Jeruk segar mengeluarkan aroma citrus yang kuat dan menyenangkan. Dekatkan buah ke hidung dan hirup aromanya – seharusnya tercium wangi khas jeruk yang segar dengan sedikit nuansa manis. Hindari buah yang tidak beraroma atau justru mengeluarkan bau asam/fermentasi, karena ini menandakan proses pembusukan telah dimulai.

3. Perhatikan Bobot Buah

Dalam memilih jeruk keprok, bandingkan ukuran dengan beratnya. Buah yang padat dan berat untuk ukurannya biasanya mengandung lebih banyak air dan daging buah. Sebuah trik praktis adalah membandingkan dua buah dengan ukuran serupa – pilihlah yang terasa lebih berat di tangan.

4. Inspeksi Visual Menyeluruh

Periksa seluruh permukaan buah dengan cermat. Hindari buah yang memiliki:

  • Bercak hitam atau kecoklatan yang bisa menandakan serangan jamur
  • Bagian kulit yang lembek atau berair
  • Luka atau tusukan pada kulit
  • Warna yang tidak merata dengan bagian yang pucat

5. Perhatikan Warna yang Ideal

Warna kulit jeruk bervariasi tergantung varietas, namun umumnya pilihlah yang memiliki warna cerah dan merata. Untuk jeruk keprok matang sempurna, warna oranye yang merata biasanya menjadi indikator terbaik. Hindari buah dengan warna hijau yang dominan kecuali untuk varietas tertentu seperti jeruk siam.

6. Periksa Bagian Tangkai

Bila masih ada tangkai yang menempel, perhatikan warnanya. Tangkai yang masih hijau segar menandakan buah baru dipanen. Tangkai yang sudah kering dan kecoklatan menunjukkan buah telah disimpan cukup lama.

Setelah memilih jeruk keprok berkualitas, simpanlah di tempat sejuk dengan sirkulasi udara baik. Jeruk dapat bertahan 5-7 hari dalam suhu ruang, atau hingga 2 minggu jika disimpan dalam kulkas dengan kelembaban terkontrol.

Jeruk keprok bukan hanya enak, tapi juga menyehatkan. Berikut beberapa manfaatnya:

  • Meningkatkan Imunitas (kaya vitamin C)
  • Baik untuk Pencernaan (tinggi serat)
  • Menjaga Kesehatan Kulit (antioksidan)
  • Membantu Menurunkan Kolesterol

Semoga informasi ini bermanfaat.

Baca juga:

Referensi

  • Hodgson, R.W. (1967). Horticultural varieties of citrus. In: Reuther, W., Webber, H.J., Batchelor, L.D. (eds) The Citrus Industry, Vol 1. University of California.
  • Kim, J., et al. (2019). Cell wall modifications during citrus fruit development. Scientia Horticulturae, 246, 294-301.
  • Liu, Y., et al. (2020). Comparative analysis of sugar accumulation patterns in different citrus varieties. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 68(12), 3785-3794.
  • Tanaka, T. (1954). Species problem in Citrus. Japanese Society for Promotion of Science.
  • Wu, G.A., et al. (2018). Genomics of the origin and evolution of Citrus. Nature, 554(7692), 311-316.
Please follow and like us:
Scroll to Top