Tanaman rosemary (Rosmarinus officinalis) di balik wanginya yang khas dan daunnya yang mirip jarum halus, menyimpan banyak rahasia. Tanaman herbal asli Mediterania ini bukan sekadar bumbu masakan, melainkan juga tanaman obat yang telah digunakan sejak ribuan tahun lalu. Dari dapur hingga industri kecantikan, rosemary terus membuktikan dirinya sebagai tanaman serbaguna.
Di Indonesia, tanaman rosemary mungkin belum sepopuler daun salam atau serai, tapi perlahan mulai banyak dibudidayakan. Iklim tropis kita sebenarnya cukup mendukung pertumbuhannya, asal diberikan perawatan yang tepat.
Sejarah dan Asal-Usul Tanaman Rosemary
Tanaman Rosemary bukan tanaman baru. Orang Yunani dan Romawi kuno sudah mengenalnya sebagai simbol pengingat, kesetiaan, dan bahkan kematian. Nama Rosmarinus sendiri berasal dari bahasa Latin, ros (embun) dan marinus (laut), yang berarti “embun dari lautan”—menggambarkan kemampuannya bertahan hidup di daerah pesisir berbatu.
Legenda Yunani menceritakan bahwa rosemary awalnya berwarna putih. Bunga berubah menjadi biru-ungu setelah Dewi Aphrodite, dewi cinta, menyentuhnya dengan jubah birunya. Sementara di Eropa abad pertengahan, rosemary sering digunakan dalam upacara pernikahan sebagai lambang kesetiaan.
Di dunia medis kuno, tanaman rosemary digunakan untuk meningkatkan daya ingat. Bahkan, mahasiswa Yunani kerap mengunyah daunnya sebelum ujian karena dipercaya bisa meningkatkan konsentrasi.
Ciri-ciri Tanaman Rosemary mudah dikenali dari bentuknya yang khas:
- Daun kecil, panjang, dan runcing seperti jarum cemara, berwarna hijau gelap di bagian atas dan keperakan di bawah.
- Batang berkayu, tumbuh tegak atau merambat tergantung varietas.
- Bunga berwarna ungu, biru, putih, atau pink, muncul di ujung batang.
- Aroma wangi herbal yang segar, sedikit seperti kayu dan pinus.
Tingginya bisa mencapai 1-2 meter jika dibiarkan tumbuh bebas. Di Indonesia, rosemary sering ditanam dalam pot agar lebih mudah diatur pertumbuhannya.
Kandungan Nutrisi dan Manfaat Tanaman Rosemary
Rosemary kaya akan senyawa aktif yang bermanfaat bagi kesehatan. Dalam 100 gram rosemary segar, terkandung:
- Kalori: 131 kcal
- Vitamin A
- Vitamin B Kompleks
- Vitamin C
- Kalsium
- Zat Besi
- Antioksidan (asam carnosic, carnosol, rosmarinic acid)
Kombinasi nutrisi inilah yang membuat tanaman rosemary tidak hanya enak sebagai bumbu, tetapi juga berkhasiat sebagai obat alami. Berikut ini manfaat tanaman Rosemary untuk Kesehatan
1. Meningkatkan Daya Ingat dan Konsentrasi
Rosemary telah lama dikenal sebagai tanaman yang mampu meningkatkan fungsi kognitif. Sejak zaman Yunani kuno, para filsuf dan pelajar sering mengunyah daun rosemary atau menghirup aromanya untuk memperkuat ingatan. Penelitian modern mengonfirmasi bahwa senyawa 1,8-cineole dalam minyak esensial rosemary dapat merangsang aktivitas otak, meningkatkan kewaspadaan, dan memperbaiki daya konsentrasi.
Studi dari International Journal of Neuroscience menunjukkan bahwa menghirup aroma rosemary dapat meningkatkan performa memori jangka panjang hingga 75%. Ini menjadikannya solusi alami bagi pelajar, pekerja, atau siapa pun yang membutuhkan fokus ekstra. Bahkan, beberapa perusahaan kini menggunakan diffuser rosemary di kantor untuk meningkatkan produktivitas karyawan.
2. Melawan Radikal Bebas dan Kanker
tTnaman Rosemary mengandung senyawa aktif asam carnosic dan carnosol, yang memiliki sifat antioksidan kuat. Kedua senyawa ini bekerja dengan cara menetralisir radikal bebas—molekul tidak stabil yang merusak sel dan memicu penuaan dini serta penyakit kronis.
Lebih dari itu, penelitian dari Cancer Prevention Research mengungkap bahwa ekstrak rosemary dapat menghambat pertumbuhan sel kanker, terutama kanker payudara, prostat, dan usus besar. Mekanismenya adalah dengan menginduksi apoptosis (kematian terprogram sel kanker) sekaligus menghambat pembentukan pembuluh darah baru yang memberi nutrisi pada tumor. Meskipun bukan pengganti pengobatan medis, konsumsi rosemary secara rutin dalam masakan atau teh dapat menjadi langkah pencegahan yang baik.
3. Menjaga Kesehatan Pencernaan
Rosemary memiliki efek positif pada pencernaan karena kemampuannya merangsang produksi empedu, cairan yang membantu mencerna lemak. Orang-orang Mediterania sering menggunakan rosemary dalam hidangan daging berlemak karena dapat mencegah rasa begah setelah makan.
Selain itu, teh rosemary dikenal sebagai obat tradisional untuk meredakan gangguan pencernaan seperti kembung, kram perut, dan sembelit. Sifat anti-inflamasi dan karminatif (peluruh gas) dalam rosemary membantu menenangkan usus yang iritasi. Bagi yang sering mengalami maag, rebusan rosemary juga dapat melapisi dinding lambung dan mengurangi asam berlebih.
4. Meredakan Stres dan Kecemasan
Aroma rosemary tidak hanya menyegarkan, tetapi juga memiliki efek terapi pada pikiran. Dalam dunia aromaterapi, minyak esensial rosemary sering dipadukan dengan lavender untuk menciptakan efek relaksasi yang mendalam.
Sebuah penelitian dari Journal of Alternative and Complementary Medicine menemukan bahwa menghirup aroma rosemary selama 5-10 menit dapat menurunkan kadar hormon kortisol, hormon penyebab stres hingga 23%. Selain itu, rosemary juga merangsang produksi serotonin dan dopamin, dua neurotransmitter yang berperan dalam mengatur suasana hati. Itulah mengapa banyak spa menggunakan rosemary dalam terapi pijat untuk menciptakan sensasi tenang dan nyaman.
5. Menjaga Kesehatan Tulang
Tanaman Rosemary mengandung kalsium dan vitamin K, dua nutrisi penting untuk menjaga kepadatan tulang. Konsumsi rosemary secara teratur dapat membantu mencegah osteoporosis, terutama pada wanita menopause yang rentan mengalami pengeroposan tulang.
Tak hanya itu, minyak tanaman rosemary juga sering digunakan sebagai obat gosok alami untuk meredakan nyeri sendi dan rematik. Kandungan borneol dan kamper dalam rosemary memberikan efek hangat saat dioleskan, membantu melancarkan peredaran darah dan mengurangi peradangan pada persendian. Campurkan beberapa tetes minyak rosemary dengan minyak kelapa, lalu pijat lembut di area yang nyeri untuk hasil optimal.
7. Menghambat Penuaan Dini
Kulit yang sering terpapar polusi dan sinar UV rentan mengalami penuaan dini, seperti keriput, flek hitam, dan kulit kendur. Rosemary, dengan kandungan antioksidan tinggi, membantu melawan efek radikal bebas yang merusak kolagen dan elastin.
Ekstrak rosemary sering ditemukan dalam produk skincare anti-aging karena kemampuannya merangsang regenerasi sel kulit. Penggunaan rutin toner atau serum yang mengandung rosemary dapat membuat kulit tampak lebih kencang, cerah, dan awet muda.
8. Mengatasi Jerawat
Rosemary bersifat antibakteri dan anti-inflamasi, menjadikannya solusi alami untuk jerawat, terutama jenis jerawat meradang yang memerah dan nyeri.
Caranya mudah: rebus segenggam daun rosemary dalam air, dinginkan, lalu gunakan sebagai toner wajah. Alternatif lain, campurkan minyak esensial rosemary (yang sudah diencerkan dengan minyak carrier) dan oleskan spot treatment pada jerawat. Rosemary juga membantu mengecilkan pori-pori dan mengontrol produksi minyak berlebih.
9. Menyuburkan Rambut
Bila rambutmu sering rontok atau pertumbuhannya lambat, rosemary bisa jadi solusi. Penelitian dari Skinmed Journal membuktikan bahwa rosemary merangsang sirkulasi darah di kulit kepala, memperkuat folikel rambut, dan mempercepat pertumbuhan rambut.
Beberapa cara memanfaatkannya:
- Gunakan minyak rosemary sebagai masker rambut sebelum keramas.
- Campurkan beberapa tetes minyak rosemary ke dalam sampo atau kondisioner.
- Bilas rambut dengan air rebusan rosemary untuk membuatnya lebih berkilau.
Setelah 3-6 bulan penggunaan rutin, rambut akan terlihat lebih tebal, kuat, dan sehat. Bahkan, rosemary sering dibandingkan dengan minoxidil (obat penumbuh rambut) karena efektivitasnya yang mirip—tapi tanpa efek samping kimia.
Berikut ini beberapa efek samping & peringatan konsumsi rosemary:
- Ibu hamil sebaiknya hindari konsumsi berlebihan karena bisa memicu kontraksi.
- Jangan gunakan minyak esensial rosemary murni langsung ke kulit (encerkan dulu).
- Jika sedang minum obat pengencer darah, konsultasikan dulu ke dokter.
Cara Menanam Tanaman Rosemary di Rumah

Berikut ini langkah demi langkah cara menanam tanaman rosemary di rumah.
1. Pemilihan Bibit
Rosemary dapat diperbanyak melalui dua metode utama, yaitu stek batang dan penyemaian biji. Metode stek batang lebih direkomendasikan untuk pemula karena prosesnya lebih cepat dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi. Pilihlah batang rosemary yang masih muda, berwarna hijau segar, dengan panjang sekitar 10-15 cm. Hindari memilih batang yang sudah terlalu berkayu karena akan lebih sulit berakar. Potong bagian bawah batang secara diagonal untuk memperluas area penyerapan air, lalu buang daun pada bagian yang akan ditanam.
Untuk yang ingin mencoba menanam dari biji, perlu diketahui bahwa proses ini membutuhkan waktu lebih lama dan tingkat keberhasilannya lebih rendah. Biji rosemary memerlukan waktu 15-25 hari untuk berkecambah, dan tanaman baru akan bisa dipanen setelah 6-12 bulan.
2. Persiapan Media Tanam
Rosemary membutuhkan media tanam dengan drainase yang sangat baik. Campuran tanah yang ideal terdiri dari:
- 2 bagian tanah kebun
- 1 bagian pasir kasar
- 1 bagian kompos matang
- 1 bagian perlite atau vermikulit
Pastikan pot yang digunakan memiliki lubang drainase yang cukup di bagian bawah. Untuk pot berukuran sedang (diameter 20-25 cm), sebaiknya memiliki minimal 3-5 lubang drainase. Tambahkan lapisan kerikil atau pecahan genting di dasar pot sebelum diisi media tanam untuk memastikan air tidak menggenang.
3. Penempatan dan Kebutuhan Cahaya
Tanaman rosemary membutuhkan paparan sinar matahari penuh selama minimal 6 jam sehari. Di Indonesia, letakkan tanaman di area yang mendapat sinar matahari pagi hingga siang hari. Jika ditanam di dalam ruangan, posisikan di dekat jendela yang menghadap selatan atau barat. Untuk ruangan dengan pencahayaan terbatas, gunakan lampu grow light dengan spektrum penuh selama 12-14 jam sehari untuk menggantikan sinar matahari.
4. Perawatan Harian dan Pemeliharaan
Penyiraman rosemary harus dilakukan dengan prinsip “less is more”. Siram hanya ketika permukaan tanah terasa kering saat disentuh, biasanya setiap 3-5 hari sekali tergantung kondisi cuaca. Cara mudah mengeceknya adalah dengan menancapkan jari sedalam 2-3 cm ke dalam media tanam – jika terasa kering, saatnya menyiram.
Pemupukan dilakukan setiap 2-3 bulan menggunakan pupuk organik seperti kompos cair atau pupuk kandang yang sudah matang. Hindari pupuk kimia dengan kandungan nitrogen tinggi karena dapat membuat tanaman rentan penyakit dan mengurangi kandungan minyak atsiri yang memberi aroma khas.
Tips Tambahan untuk Hasil Optimal:
- Rotasi pot setiap 2 minggu sekali untuk memastikan semua bagian tanaman mendapat cahaya merata
- Pemangkasan rutin akan merangsang pertumbuhan tunas baru
- Waspadai hama seperti kutu putih dengan menyemprotkan larutan air sabun lembut
- Di musim hujan, pindahkan tanaman ke area yang lebih teduh untuk menghindari kelebihan air
Dengan perawatan yang tepat, tanaman rosemary bisa tumbuh subur dan menghasilkan daun aromatik yang siap dipanen dalam 4-6 bulan. Tanaman ini juga bisa hidup bertahun-tahun, semakin tua semakin kuat aromanya.
Semoga informasi ini bermanfaat.
Baca juga:
- Begini Cara Budidaya Azolla untuk Pakan Ayam di Kolam Terpal
- Manfaat dan Jenis Tanaman Philodendron
- Tanaman Monstera: Ciri-Ciri, Jenis, Manfaat, dan Cara Merawatnya
- 15 Tanaman Tahan Panas yang Cocok untuk Halaman Rumah
- Ayah dan Bunda Harus Tau 9 Manfaat Berkebun untuk Anak
Referensi
- Moss, M., Cook, J., Wesnes, K., & Duckett, P. (2003). Aromas of rosemary and lavender essential oils differentially affect cognition and mood in healthy adults. International Journal of Neuroscience, 113(1), 15-38. https://doi.org/10.1080/00207450390161903
- Ngo, S. N., Williams, D. B., & Head, R. J. (2011). Rosemary and cancer prevention: Preclinical perspectives. Critical Reviews in Food Science and Nutrition, 51(10), 946-954. https://doi.org/10.1080/10408398.2010.490883
- Pengelly, A., Snow, J., Mills, S. Y., Scholey, A., Wesnes, K., & Butler, L. R. (2012). Short-term study on the effects of rosemary on cognitive function in an elderly population. Journal of Medicinal Food, 15(1), 10-17. https://doi.org/10.1089/jmf.2011.0005
- Satoh, T., Sugawara, Y., & Miyazaki, K. (2013). Effects of rosemary aroma on stress responses in healthy adults under examination stress. Journal of Alternative and Complementary Medicine, 19(8), 707-711. https://doi.org/10.1089/acm.2012.0102
- Panahi, Y., Taghizadeh, M., Marzony, E. T., & Sahebkar, A. (2015). Rosemary oil vs minoxidil 2% for the treatment of androgenetic alopecia: A randomized comparative trial. Skinmed, 13(1), 15-21.
- de Macedo, L. M., Santos, É. M., Militão, L., Tundisi, L. L., Ataide, J. A., Souto, E. B., & Mazzola, P. G. (2020). Rosemary (Rosmarinus officinalis L., syn Salvia rosmarinus Spenn.) and its topical applications: A review. Plants, 9(5), 651. https://doi.org/10.3390/plants9050651
- Nieto, G., Ros, G., & Castillo, J. (2018). Antioxidant and antimicrobial properties of rosemary (Rosmarinus officinalis L.): A review. Medicines, 5(3), 98. https://doi.org/10.3390/medicines5030098
- Johnson, J. J. (2011). Carnosol: A promising anti-cancer and anti-inflammatory agent. Cancer Letters, 305(1), 1-7. https://doi.org/10.1016/j.canlet.2011.02.005