Inilah 10 Cara Mengatasi Anak Speech Delay

Anak Speech Delay

Cara Mengatasi Anak Speech Delay, dimana keterlambatan bicara adalah kondisi di mana kemampuan bicara dan bahasa seorang anak berkembang lebih lambat daripada anak seusianya. Ini adalah salah satu masalah perkembangan yang paling umum dialami anak-anak. Penting untuk dipahami bahwa speech delay bukan sekadar anak yang “terlambat bicara,” tetapi sebuah kondisi yang memerlukan perhatian dan intervensi serius.

Mengatasi speech delay sedini mungkin adalah kunci kesuksesan terapi. Penanganan yang tepat sasaran dapat mencegah dampak jangka panjang, seperti kesulitan bersosialisasi, masalah akademis di sekolah, hingga menurunnya rasa percaya diri anak.

Mengenali Tanda-Tanda Speech Delay pada Anak

Setiap anak unik, namun ada patokan umum perkembangan bicara yang dapat dijadikan acuan. Berikut adalah tahapan perkembangan bicara anak yang perlu dipantau:

  • Usia 12 Bulan: Belum bisa mengucapkan “mama” atau “papa”, tidak menggunakan gerakan seperti melambai atau menunjuk.
  • Usia 18 Bulan: Kosakata kurang dari 10 kata, kesulitan meniru suara, dan lebih sering berkomunikasi dengan gerakan daripada vokal.
  • Usia 2 Tahun: Hanya dapat meniru ucapan tetapi tidak menghasilkan kata atau frasa secara spontan, hanya mengucapkan suara atau kata tertentu secara berulang, tidak dapat menggunakan bahasa lisan untuk berkomunikasi lebih dari kebutuhannya yang mendesak, serta tidak dapat mengikuti perintah sederhana.
  • Usia 3 Tahun: Belum bisa menyusun kalimat sederhana (2-3 kata), sulit dipahami oleh orang yang tidak sering bersamanya, dan tidak banyak bertanya.

Jika melihat beberapa tanda ini pada buah hati, langkah-langkah mengatasi speech delay perlu segera dimulai.

Penyebab Speech Delay

Memahami penyebabnya dapat membantu dalam menentukan pendekatan terbaik untuk mengatasi anak speech delay. Beberapa penyebab umum meliputi:

  • Anak yang sulit mendengar (gangguan pendengaran) akan kesulitan mempelajari dan meniru kata-kata.
  • Gangguan pemrosesan auditori diaman otak anak kesulitan memproses suara dan bahasa yang dia dengar.
  • Gangguan neurologis seperti cerebral palsy, distrofi otot, atau cedera otak traumatis.
  • Autisme Spectrum Disorder (ASD) sering memengaruhi kemampuan komunikasi dan interaksi sosial.
  • Apraksia bicara masa kanak-kanak, gangguan di mana otak mengalami kesulitan mengkoordinasi otot-otot yang digunakan untuk berbicara.
  • Faktor lingkungan menyebabkan kurangnya stimulasi bicara dan bahasa dari lingkungan sekitar.

Cara Mengatasi Anak Speech Delay: Strategi dan Terapi di Rumah

Peran orang tua sangat sentral dalam proses mengatasi anak speech delay. Berikut adalah 10 strategi dan terapi speech delay sederhana yang dapat diintegrasikan ke dalam rutinitas sehari-hari.

1. Ajarkan Komunikasi Dua Arah yang Intens dan Berkualitas

Kunci utama cara mengatasi anak speech delay adalah dengan menciptakan lingkungan yang kaya akan bahasa. Untuk menerapkannya, ajak anak bicara sesering mungkin dengan menjelaskan aktivitas yang sedang dilakukan, seperti “Ibu sedang memotong wortel,” atau “Ayah sedang memakai sepatu.” Meski anak belum merespons, otaknya aktif merekam kosakata baru. Selalu gunakan kalimat sederhana dan jelas, hindari kalimat yang panjang dan kompleks, serta fokus pada kata-kata inti yang mudah ditangkap. Yang tak kalah penting, beri kesempatan merespons dengan memberikan jeda dan menatap matanya seolah menunggu jawaban, yang memberi waktu baginya untuk memproses informasi dan merespons, meski hanya dengan ocehan atau gerakan.

2. Membacakan Buku Cerita

Membacakan buku adalah terapi speech delay yang sangat menyenangkan. Pilihlah buku bergambar dengan gambar-gambar besar dan berwarna-warni, lalu tunjuk gambar-gambar tersebut dan sebutkan namanya. Bacalah dengan ekspresif, ubah suara untuk karakter yang berbeda dan gunakan intonasi yang menarik agar anak lebih tertarik dan mudah memahami emosi di balik kata-kata. Ajukan juga pertanyaan sederhana seperti “Ini gambar apa?” atau “Apa warna bola ini?” untuk mendorong anak berpikir dan mencoba menjawab.

3. Bermain Sambil Belajar

Bermain adalah media terbaik untuk mengatasi anak telat bicara. Komentari permainan yang sedang dilakukan anak, misalnya saat anak bermain mobil-mobilan, ucapkan “Mobilnya lari cepat!” atau “Mobilnya masuk terowongan!” Ikuti kepemimpinan anak dengan mengikuti minatnya; jika ia mengambil balok, ajaklah ia bermain balok, karena ini membuatnya lebih termotivasi untuk berkomunikasi tentang hal yang disukainya. Gunakan permainan yang merangsang bahasa seperti puzzle, boneka, masak-masakan, atau telepon-teleponan karena permainan ini secara natural mendorong interaksi verbal.

4. Manfaatkan Nyanyian dan Lagu Anak-Anak

Lagu anak-anak biasanya memiliki ritme yang menarik dan kata-kata yang diulang. Pilih lagu dengan gerakan seperti “Topi Saya Bundar” atau “Dua Mata Saya” yang melibatkan gerakan tubuh, membantu anak mengingat kata-kata yang terkait dengan aksi tersebut. Ulangi lagu favorit karena pengulangan adalah kunci belajar, sehingga anak akan belajar kosakata baru dan struktur kalimat dari lagu yang didengarnya berulang kali. Saat menyanyi, berhentilah sejenak di akhir baris dan biarkan anak yang melanjutkan kata berikutnya.

5. Ajarkan Bahasa Isyarat Sederhana untuk Komunikasi Dini

Banyak orang tua khawatir bahwa bahasa isyarat akan menghambat bicara, padahal faktanya justru sebaliknya. Mulailah dengan kebutuhan dasar dengan mengajarkan isyarat untuk “makan”, “minum”, “lagi”, dan “selesai” karena ini membantu anak mengomunikasikan kebutuhannya sebelum ia mampu berbicara, sehingga mengurangi frustrasi. Setiap kali menggunakan isyarat, selalu ucapkan juga kata yang bersangkutan, misalnya saat memberi isyarat “minum”, katakan “Adik mau minum?”

6. Teknik “Self-Talk” dan “Parallel-Talk”

Self-Talk dilakukan dengan membicarakan tentang apa yang Anda lihat, dengar, dan lakukan, seperti “Ibu merasa haus. Ibu akan minum air.” Sementara Parallel-Talk dilakukan dengan membicarakan tentang apa yang anak lihat, dengar, dan lakukan, misalnya “Adik sedang menggambar. Warnanya merah. Bagus sekali!”

7. Batasi Waktu Layar (Screen Time) Secara Ketat

Penelitian telah mengaitkan penggunaan gawai dan TV yang berlebihan dengan peningkatan risiko speech delay. Gantilah waktu layar dengan interaksi langsung karena layar memberikan stimulasi satu arah yang pasif, sementara anak perlu interaksi timbal balik untuk belajar bahasa. Batasi maksimal 1 jam per hari untuk anak usia 2-5 tahun, dan untuk anak di bawah 18 bulan, sebaiknya dihindari sama sekali.

8. Perbaiki Posisi dan Kontak Mata Saat Berbicara

Pastikan Anda sejajar dengan anak saat berbicara. Berjongkok atau duduklah sehingga mata kita sejajar dengan mata anak karena ini membuatnya merasa dihargai dan lebih fokus. Selalu tatap matanya karena kontak mata membantu anak membaca ekspresi wajah dan gerak bibir, yang merupakan bagian penting dari belajar bicara.

9. Beri Respon dan Ekspansi pada Setiap Ucapan Anak

Hargai setiap usaha bicaranya, sekecil apa pun. Beri respons positif dengan senyuman dan pujian seperti “Wah, pintar!” yang akan memotivasinya untuk terus mencoba. Kembangkan ucapannya; jika anak berkata “Mobil,” Anda bisa merespons dengan “Iya, itu mobil merah yang besar,” untuk menambah kosakata dan konsep baru dari kata yang sudah diketahuinya.

10. Fokus pada Konsep dan Kategori

Bantu anak memahami dunia di sekitarnya dengan mengelompokkan hal-hal. Ajarkan nama benda; saat anak menunjuk botol, katakan “Itu botol. Botol untuk minum.” Kelompokkan benda dengan mengumpulkan mainan berdasarkan jenisnya seperti mobil-mobilan, binatang, atau balok, dan sebutkan nama kategorinya.

Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional?

Meskipun terapi di rumah sangat penting, konsultasi dengan profesional sering kali diperlukan. Segera hubungi dokter anak, terapis wicara, atau psikolog anak jika:

  • Perkembangan bicara anak jauh tertinggal dari tahapan usianya.
  • Anak tidak merespons ketika dipanggil namanya.
  • Anak menunjukkan perilaku yang tidak biasa, seperti sangat fokus pada satu mainan saja, kesulitan melakukan kontak mata, atau tidak tertarik untuk berinteraksi dengan orang lain.
  • Terapi mandiri yang telah dilakukan di rumah tidak menunjukkan kemajuan signifikan dalam beberapa bulan.

Ahli patologi wicara-bahasa (Speech-Language Pathologist/SLP) dapat melakukan asesmen mendalam untuk menentukan penyebab pasti dan menyusun program terapi wicara yang terstruktur dan individual sesuai kebutuhan anak.

Ingatlah bahwa setiap anak unik dan memiliki waktunya sendiri. Yang terpenting adalah terus memberikan dukungan tanpa henti dan tidak ragu untuk mencari bantuan profesional jika diperlukan. Dengan kesabaran dan usaha yang tepat, Anda dapat membantu buah hati Anda menemukan suaranya dan menjelajahi dunia melalui kekuatan bahasa.

Baca juga:

FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Apakah speech delay sama dengan autisme?

Tidak selalu. Speech delay bisa menjadi salah satu gejala autisme, tetapi tidak semua anak dengan speech delay mengalami autisme. Speech delay bisa berdiri sendiri akibat penyebab lain, seperti gangguan pendengaran atau kurang stimulasi. Diagnosis yang tepat harus dilakukan oleh profesional.

2. Anak saya sudah diajak bicara terus tapi masih speech delay. Apa yang salah?

Mungkin yang diperlukan bukan hanya kuantitas, tetapi kualitas interaksi. Pastikan komunikasi dilakukan dua arah, dengan kontak mata, dan sesuai minat anak. Jika sudah dilakukan secara intensif namun belum ada kemajuan, bisa jadi ada faktor lain yang mendasarinya, sehingga disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau terapis wicara.

3. Apakah penggunaan dot atau empeng bisa menyebabkan speech delay?

Penggunaan dot dalam jangka panjang (terutama di atas usia 2 tahun) dapat memengaruhi posisi gigi dan otot-otot mulut, yang berpotensi mengganggu pengucapan kata. Disarankan untuk membatasi penggunaannya dan melatih otot mulut dengan makanan yang perlu dikunyah.

4. Sampai usia berapa “terlambat bicara” masih dianggap normal?

Patokannya adalah jika pada usia 2 tahun anak belum bisa menggabungkan dua kata atau kosakatanya sangat terbatas (kurang dari 50 kata), sebaiknya orang tua mulai waspada dan melakukan evaluasi. Tidak ada kata terlalu dini untuk berkonsultasi.

5. Bagaimana cara membedakan speech delay dengan anak yang memang pemalu?

Anak pemalu mungkin tidak banyak bicara di depan orang asing, tetapi di lingkungan yang nyaman (seperti di rumah) ia akan berbicara dengan lancar sesuai usianya. Anak dengan speech delay akan menunjukkan keterbatasan bahasa baik di rumah maupun di lingkungan lain, dan kesulitannya lebih pada aspek bahasa (kosakata, penyusunan kalimat) bukan hanya pada kesediaan untuk berbicara.

Referensi

  1. Madigan, S., Browne, D., Racine, N., Mori, C., & Tough, S. (2019). Association between screen time and children’s performance on a developmental screening test. JAMA Pediatrics, 173(3), 244–250. https://doi.org/10.1001/jamapediatrics.2018.5056
  2. Alamri, M. M., Alsuhaibani, A. M., Alqarni, A. M., Alamri, A. M., Alotaibi, F. M., Alotaibi, A. F., Althumairi, A. A., & Al-Sultan, A. A. (2023). Relationship between speech delay and smart media in children: A systematic review. Cureus, 15(9), e45396. https://doi.org/10.7759/cureus.45396
  3. Bishop, D. V. M., Snowling, M. J., Thompson, P. A., Greenhalgh, T., & the CATALISE-2 consortium. (2017). Phase 2 of CATALISE: A multinational and multidisciplinary Delphi consensus study of problems with language development: Terminology. Journal of Child Psychology and Psychiatry, 58(10), 1068–1080. https://doi.org/10.1111/jcpp.12721
  4. Alzahrani, L. D., Alghamdi, R. A., Alzahrani, M. S., Alzahrani, B. S., Alzhrani, M. A., Alzahrani, A. M., Alzahrani, A. M., & Alzhrani, M. G. (2023). Prevalence and risk factors of speech delay in children less than seven years old in Saudi Arabia. Cureus, 15(11), e48567. https://doi.org/10.7759/cureus.48567
  5. Harrison, L. J., & McLeod, S. (2010). Risk and protective factors associated with speech and language impairment in a nationally representative sample of 4- to 5-year-old children. Journal of Speech, Language, and Hearing Research, 53(2), 508–529. https://doi.org/10.1044/1092-4388(2009/08-0086)
  6. Reilly, S., Wake, M., Bavin, E. L., Prior, M., Williams, J., Bretherton, L., Eadie, P., Barrett, Y., & Ukoumunne, O. C. (2007). Predicting language outcomes at 4 years of age: Findings from Early Language in Victoria Study. Pediatrics, 120(6), e1441–e1449. https://doi.org/10.1542/peds.2007-0045
  7. Zubrick, S. R., Taylor, C. L., Rice, M. L., & Slegers, D. W. (2007). Late language emergence at 24 months: An epidemiological study of prevalence, predictors, and covariates. Journal of Speech, Language, and Hearing Research, 50(6), 1562–1592. https://doi.org/10.1044/1092-4388(2007/106)
  8. McLaughlin, M. R. (2011). Speech and language delay in children. American Family Physician, 83(10), 1183–1188. https://www.aafp.org/afp/2011/0515/p1183.html
Scroll to Top