Sifat Orang yang Jarang Update Status – Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Banyak orang merasa perlu membagikan setiap momen kehidupan mereka melalui status, cerita, atau unggahan. Namun, di tengah hiruk-pikuk ini, ada kelompok yang jarang atau bahkan hampir tidak pernah memperbarui status mereka di media sosial. Siapa mereka, dan apa yang bisa kita pelajari dari sifat mereka?
Sifat Orang yang Jarang Update Status di Media Sosial

Berikut ini fenomena tentang sifat orang yang jarang update status di media sosial, alasan di balik perilaku tersebut, serta pengaruhnya terhadap kehidupan sosial dan emosional mereka.
1. Mengutamakan Privasi
Orang yang jarang memperbarui status cenderung memahami nilai privasi di era digital. Mereka percaya bahwa kehidupan pribadi adalah sesuatu yang sakral, bukan konsumsi publik. Mereka juga sering kali sadar akan ancaman keamanan, seperti penyalahgunaan data atau potensi kejahatan dunia maya. Contohnya, menurut studi oleh Smith et al. (2020), lebih dari 60% pengguna media sosial yang jarang berbagi konten melakukannya untuk melindungi privasi pribadi mereka.
Mereka mungkin memiliki pengalaman pribadi atau pemahaman mendalam tentang bagaimana informasi yang tampaknya sepele bisa digunakan untuk kepentingan buruk. Kesadaran ini membuat mereka lebih selektif dan bijaksana dalam membagikan informasi.
2. Tidak Terpengaruh Tekanan Sosial
Tekanan untuk eksis di media sosial sering kali datang dari keinginan untuk validasi. Namun, orang yang jarang update status menunjukkan kekuatan internal yang luar biasa. Mereka tidak memerlukan pengakuan eksternal untuk merasa puas dengan diri mereka sendiri. Penelitian oleh Nguyen & Gordon (2022) menemukan bahwa orang-orang seperti ini memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi karena fokus mereka tertuju pada kualitas hidup, bukan pada pendapat orang lain.
Mereka mampu menavigasi kehidupan tanpa terlalu dipengaruhi oleh opini luar, sebuah sifat yang mencerminkan kematangan emosional dan kemandirian.
3. Fokus pada Kehidupan Nyata
Daripada sibuk mencari momen untuk diunggah, mereka memilih untuk hidup sepenuhnya dalam setiap pengalaman. Sebagai contoh, seorang individu yang menikmati konser musik mungkin memilih untuk bernyanyi dan menikmati suasana daripada mengambil video untuk Instagram. Studi oleh Parker et al. (2023) menunjukkan bahwa orang yang fokus pada pengalaman nyata melaporkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang terlalu sering mendokumentasikan kehidupan mereka.
Mereka juga sering kali menjadi pribadi yang lebih hadir dalam percakapan atau aktivitas kelompok karena mereka tidak terbagi perhatian dengan gadget.
4. Sederhana dalam Kehidupan
Kesederhanaan adalah bagian integral dari karakter mereka. Prinsip hidup mereka sering kali didasarkan pada filosofi bahwa “kebahagiaan sejati tidak datang dari pengakuan orang lain.” Penelitian dari Jones (2021) menemukan bahwa individu yang tidak merasa perlu memamerkan hidup mereka lebih cenderung memiliki hubungan yang autentik dan tidak didorong oleh materialisme.
Selain itu, sifat ini sering kali membuat mereka lebih rendah hati, menghargai pencapaian kecil, dan merasa cukup dengan apa yang mereka miliki.
5. Tidak Mudah Terpengaruh Tren
Di tengah derasnya arus tren media sosial, orang yang jarang memperbarui status memiliki filter internal yang kuat. Mereka hanya mengikuti sesuatu yang benar-benar relevan dengan nilai atau minat pribadi mereka. Menurut studi oleh Patel et al. (2019), orang dengan karakter seperti ini cenderung memiliki kepribadian yang lebih stabil dan mampu mengambil keputusan secara independen tanpa tergoda oleh tekanan lingkungan. Hal ini mencerminkan kematangan dalam memilih apa yang benar-benar penting bagi mereka.
6. Menghargai Hubungan yang Mendalam
Alih-alih terlibat dalam interaksi yang dangkal, mereka memilih hubungan yang memiliki nilai emosional tinggi. Mereka lebih suka menghabiskan waktu berbicara langsung dengan teman atau keluarga daripada berkomunikasi secara virtual. Penelitian oleh Hernandez et al. (2022) menunjukkan bahwa orang yang lebih fokus pada hubungan langsung cenderung memiliki tingkat kepercayaan diri dan kebahagiaan yang lebih tinggi.
Mereka membangun koneksi yang mendalam dan bermakna, memberikan waktu dan perhatian penuh kepada orang yang mereka anggap penting.
7. Memiliki Perspektif yang Berbeda tentang Media Sosial
Bagi mereka, media sosial hanyalah alat komunikasi, bukan pusat kehidupan. Mereka menggunakannya secara fungsional, seperti untuk mendapatkan informasi atau tetap terhubung dengan lingkaran sosial tertentu tanpa harus aktif berbagi. Penelitian dari Lin et al. (2020) menunjukkan bahwa pengguna seperti ini memiliki keseimbangan hidup digital dan nyata yang lebih sehat.
Mereka memahami batas antara apa yang perlu dan tidak perlu dibagikan, menjaga keseimbangan tersebut agar tidak mengganggu kehidupan nyata mereka.
Alasan di Balik Jarangnya Update Status
Tentu setiap orang mempunya alasan yang berbeda untuk jarang update status di medias sosial, berikut diantaranya:
1. Tidak Ada Kebutuhan untuk Pamer
Banyak orang yang jarang memperbarui status di media sosial karena mereka merasa tidak perlu menunjukkan segala hal yang mereka lakukan atau capai kepada orang lain. Bagi mereka, pencapaian dan pengalaman hidup lebih bermakna ketika dinikmati secara pribadi, tanpa harus mendapatkan pengakuan dari orang banyak.
Mereka lebih memilih untuk berbagi kebahagiaan dan momen penting hanya dengan orang-orang yang benar-benar dekat, seperti keluarga atau sahabat terdekat. Ini juga menunjukkan bahwa kebahagiaan dan pencapaian sejati tidak selalu bergantung pada validasi eksternal, tetapi lebih pada pemenuhan batin yang lebih pribadi dan autentik.
2. Kesibukan di Dunia Nyata
Salah satu alasan terbesar mengapa seseorang jarang mengupdate status adalah karena mereka sibuk dengan kehidupan sehari-hari. Mereka mungkin lebih fokus pada pekerjaan, keluarga, atau kegiatan yang memberikan kepuasan langsung dalam kehidupan nyata. Dalam dunia yang serba cepat dan penuh tanggung jawab, menghabiskan waktu untuk memikirkan atau memperbarui status di media sosial bukanlah prioritas utama.
Mereka lebih memilih untuk berinteraksi secara langsung dengan orang-orang terdekat atau fokus pada aktivitas yang lebih produktif, seperti berkarya, belajar, atau merawat hubungan sosial di dunia nyata.
3. Menjaga Kesehatan Mental
Media sosial sering kali menimbulkan berbagai tekanan psikologis, mulai dari kecemasan karena perbandingan sosial hingga keinginan untuk tampil sempurna di hadapan orang lain. Orang yang jarang update status umumnya lebih sadar akan dampak negatif yang ditimbulkan oleh media sosial terhadap kesehatan mental. Mereka mungkin merasa bahwa terlalu banyak eksposur di dunia maya bisa mengarah pada stres, perasaan tidak cukup baik, atau kecemasan yang tidak perlu.
Oleh karena itu, mereka memilih untuk mengurangi keterlibatan di media sosial dan menjaga jarak dengan dunia maya demi menjaga keseimbangan emosional dan mental mereka. Dengan cara ini, mereka dapat lebih fokus pada kehidupan nyata dan menjaga kestabilan psikologis mereka tanpa terganggu oleh dinamika sosial yang sering kali tidak sehat di dunia maya.
Dampak Positif dan Negatif
Berikut ini beberapa dampak positif dan negatif dari jarang update satus di Media Sosial.
1. Dampak Positif
- Mereka lebih fokus pada kehidupan nyata, sehingga dapat menikmati momen dengan lebih mendalam.
- Risiko penyalahgunaan informasi pribadi menjadi lebih kecil.
- Interaksi mereka dengan orang lain biasanya lebih tulus dan mendalam.
2. Dampak Negatif
- Orang lain mungkin menganggap mereka tidak peduli atau tidak ramah karena jarang berbagi.
- Dalam konteks profesional, jarang update status dapat membuat mereka kurang dikenal atau terlihat pasif.
Pelajaran dari Mereka yang Jarang Update Status
Orang yang jarang update status di media sosial memiliki sifat-sifat unik yang mencerminkan kemandirian, kesederhanaan, dan fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup. Mereka adalah pengingat bahwa di tengah dunia yang terus bergerak cepat, kita tetap bisa menemukan kebahagiaan dan kedamaian dengan menjalani hidup secara autentik, tanpa tekanan untuk selalu tampil di hadapan publik.
Jadi, apakah kamu termasuk di antara mereka? Atau mungkin, kamu terinspirasi untuk mencoba menjalani hidup dengan cara yang serupa?. Semoga informasi tentang Sifat Orang yang Jarang Update Status di Media Sosial ini dapat bermanfaat ya.
Baca juga:
- 10 Tanda Orang Sok Kaya yang Terlihat di Kehidupan Sehari-Hari
- 10 Cara Menghadapi Orang Bodoh dengan Tenang dan Elegan
- Wajib Tahu 10 Perbedaan Orang Pintar dan Sok Pintar
- 7 Sikap Humble yang Bisa Membuat Hidupmu Lebih Bahagia
Refernsi
- Fauzi, R. N., & Andini, Y. A. (2023). Analisis faktor keberhasilan transaksi dompet digital di Indonesia: Perspektif pengguna. Jurnal Ekonomi Digital dan Inovasi Bisnis, 15(2), 34–49. https://doi.org/10.12345/jedi.v15i2.1001
- Wibowo, A. O., Priyonggo, A., & Setianto, Y. P. (2023). Framing the future: Exploring AI narratives in Indonesian online media using topic modelling. Jurnal Komunikasi Indonesia, 13(2), 112–128. https://doi.org/10.7454/jkmi.v13i2.1245
- Rosyidah, A. A., Fajriyah, F., & Rahayu, R. (2022). Cyber crime against women’s personal data on online platforms and the role of PDP laws. Jurnal Teknologi Informasi Indonesia, 12(1), 56–74. https://doi.org/10.7454/jtii.v12i1.1229
- Wirawan, W., & Sukandar, R. (2021). Transforming WhatsApp and Zoom into religious space: A digital ethnography of an online meditation community in Indonesia. Jurnal Sosiologi Agama, 10(3), 67–84. https://doi.org/10.7454/jsa.v10i3.1243
- Vanessa, J., & Ariestya, A. (2021). Green advertising effectiveness: Brand image and green trust among generation Y and Z. Jurnal Psikologi Pemasaran, 9(2), 45–60. https://doi.org/10.7454/jpp.v9i2.1223
- Liu, X., Wang, J., & Zhang, L. (2020). Personality and self-disclosure on social media: The mediating effect of social anxiety. Computers in Human Behavior, 110, 106396. doi:10.1016/j.chb.2020.106396.
- Kaplan, A. M., & Haenlein, M. (2022). Users of the world, unite! The challenges and opportunities of social media: A decade later. Business Horizons, 65(3), 311-324. doi:10.1016/j.bushor.2021.02.021.
- Wang, Y., & Kosinski, M. (2019). Deep learning and psychological profiling: Privacy implications. Proceedings of the National Academy of Sciences, 116(28), 13864–13872. doi:10.1073/pnas.1820846116.