Beda Anak Speech Delay dan Autis – Banyak orangtua mulai khawatir ketika melihat anak seusianya sudah lancar berbicara sementara buah hatinya masih terbata-bata. Kekhawatiran terbesar biasanya mengarah pada dua kondisi: speech delay (keterlambatan bicara) atau autis (autism spectrum disorder). Meski sekilas terlihat mirip, kedua kondisi ini sebenarnya sangat berbeda. Memahami perbedaan mendasar antara speech delay dan autis sangat penting untuk memberikan penanganan yang tepat bagi anak.
Speech Delay vs Autisme
1. Apa Itu Speech Delay?
Speech delay atau keterlambatan bicara adalah kondisi di mana kemampuan bicara dan bahasa anak tidak berkembang sesuai dengan tahapan usianya. Anak dengan speech delay mungkin memiliki kosakata yang terbatas, kesulitan menyusun kalimat, atau pengucapan yang tidak jelas dibandingkan anak seusianya.
Penyebab speech delay sangat beragam, antara lain:
- Gangguan pendengaran
- Masalah pada organ bicara
- Keterbatasan stimulasi bahasa dari lingkungan
- Ketidakmampuan belajar tertentu
- Faktor keturunan
2. Apa Itu Autisme?
Autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan saraf yang kompleks yang memengaruhi cara seseorang berkomunikasi, berinteraksi sosial, dan berperilaku. Autisme bukan hanya sekadar masalah keterlambatan bicara, tetapi mencakup spektrum yang lebih luas dari segi karakteristik dan tingkat keparahannya.
Ciri-ciri utama autisme meliputi:
- Gangguan dalam komunikasi sosial
- Pola perilaku yang terbatas dan berulang
- Kesulitan dalam interaksi sosial
- Minat yang terbatas dan intens
Perbedaan Mendasar Antara Speech Delay dan Autis
Berikut ini beda antara speech delay dan autis.
1. Perbedaan dalam Cara Berkomunikasi
Anak dengan Speech Delay menunjukkan karakteristik komunikasi yang masih menggunakan gestur tubuh secara aktif untuk menyampaikan keinginan, seperti menunjuk, melambai, atau mengangguk. Ekspresi wajah mereka umumnya sesuai dengan emosi yang dirasakan dan mereka tetap tertarik untuk berkomunikasi meskipun dengan cara yang terbatas. Yang penting, mereka memiliki keinginan kuat untuk menyampaikan pesan meski mengalami kesulitan verbal.
Sebaliknya, Anak dengan Autis memiliki gaya komunikasi yang tidak biasa dan atipikal. Mereka mungkin menggunakan kata-kata tanpa disertai gestur yang sesuai, dan ekspresi wajah mereka seringkali tidak sesuai dengan situasi. Mereka cenderung kurang inisiatif untuk memulai komunikasi dan sering menunjukkan echolalia, yaitu mengulang kata atau frasa tertentu secara berulang-ulang.
2. Perbedaan dalam Keterampilan Sosial
Anak dengan Speech Delay memiliki ketertarikan yang kuat untuk bermain dengan anak lain dan menikmati permainan kelompok serta interaksi sosial. Mereka dapat memahami konsep giliran dalam bermain, responsif terhadap senyuman dan ajakan bermain, serta terus menunjukkan minat pada lingkungan sosialnya.
Sementara itu, Anak dengan Autis cenderung lebih suka bermain sendiri dan mengalami kesulitan dalam memahami aturan sosial yang tidak tertulis. Mereka sulit mempertahankan kontak mata, menghadapi tantangan dalam memahami perasaan orang lain, serta mengalami kesulitan dalam memulai atau mempertahankan interaksi sosial.
3. Perbedaan dalam Pola Perilaku dan Minat
Anak dengan Speech Delay memiliki variasi minat yang normal sesuai usia dan dapat dengan mudah beralih dari satu aktivitas ke aktivitas lain. Mereka tidak terpaku pada rutinitas tertentu, fleksibel dengan perubahan jadwal, serta menunjukkan pola bermain yang kreatif dan imajinatif.
Berbeda dengan itu, Anak dengan Autis memiliki minat yang terbatas dan intens, serta tidak fleksibel dengan perubahan rutinitas. Mereka sering menunjukkan perilaku repetitif seperti mengepakkan tangan atau berputar, terpaku pada bagian mainan daripada cara bermain yang fungsional, dan sensitif terhadap input sensorik tertentu seperti cahaya, suara, atau tekstur.
4. Perbedaan dalam Kemampuan Bahasa dan Bicara
Anak dengan Speech Delay mengikuti urutan perkembangan bahasa yang normal meskipun tertunda. Mereka masih memahami bahasa isyarat dan gestur, memiliki kosakata yang mungkin terbatas tapi sesuai konteks, serta terus berusaha berkomunikasi dengan cara yang tersedia. Perkembangan bahasa mereka dapat mengejar ketertinggalan dengan intervensi yang tepat.
Sebaliknya, Anak dengan Autis menunjukkan perkembangan bahasa yang mungkin tidak mengikuti pola normal. Meski beberapa mungkin memiliki kosakata yang luas, mereka mengalami kesulitan menggunakan kata-kata tersebut dalam percakapan. Intonasi bicara mereka mungkin datar atau tidak biasa, mereka kesulitan memahami bahasa kiasan atau humor, dan yang membedakan adalah komunikasi nonverbal mereka juga mengalami gangguan.
Tabel Perbandingan: Speech Delay vs Autis
| Aspek | Speech Delay | Autisme |
|---|---|---|
| Komunikasi | Gestur normal, ekspresi sesuai | Gestur terbatas, ekspresi datar |
| Interaksi Sosial | Tertarik sosial, suka teman | Menghindari sosial, sulit berteman |
| Perilaku | Fleksibel, variasi minat | Kaku, minat terbatas dan repetitif |
| Respon Nama | Umumnya merespons | Sering tidak merespons |
| Kontak Mata | Normal | Terbatas atau menghindar |
| Permainan | Imajinatif, kreatif | Stereotip, repetitif |
| Perkembangan Lain | Normal (motorik, kognitif) | Mungkin ada keterlambatan area lain |
Kapan Harus Khawatir dan Konsultasi?
1. Tanda Peringatan Speech Delay
- Usia 12 bulan: belum mengoceh atau meniru suara
- Usia 18 bulan: belum mengucapkan kata sederhana
- Usia 2 tahun: kosakata kurang dari 50 kata, belum merangkai 2 kata
- Usia 3 tahun: ucapan sulit dipahami orang lain
2. Tanda Peringatan Autisme
- Tidak merespons saat dipanggil namanya di usia 12 bulan
- Tidak menunjuk atau menunjukkan minat di usia 14 bulan
- Tidak bermain pura-pura (pretend play) di usia 18 bulan
- Kehilangan kemampuan bahasa atau sosial yang sebelumnya sudah dikuasai
- Perilaku repetitif atau gerakan tubuh yang tidak biasa
Diagnosis dan Penanganan
1. Proses Diagnosis Speech Delay
- Skrining perkembangan menyeluruh
- Evaluasi pendengaran oleh audiolog
- Assessment kemampuan bicara oleh terapis wicara
- Observasi interaksi sosial dan komunikasi
2. Proses Diagnosis Autisme
- Skrining ASD menggunakan alat standar (M-CHAT, ADOS)
- Evaluasi komprehensif oleh tim multidisiplin
- Assessment kemampuan kognitif, adaptif, dan bahasa
- Observasi perilaku dan interaksi sosial
Penanganan yang Tepat
Untuk Speech Delay:
- Terapi wicara intensif
- Stimulasi bahasa di rumah
- Pengayaan lingkungan bahasa
- Latihan mendengar dan meniru suara
Untuk Autisme:
- Terapi perilaku (ABA)
- Terapi wicara dan bahasa
- Terapi okupasi
- Intervensi sosial skills
- Dukungan pendidikan khusus
Peran Orangtua dalam Membantu Anak
Berikut ini tips dan peran orang tua membantu anak specch delay dan autis.
1. Tips untuk Orangtua Anak dengan Speech Delay
Orangtua dapat membantu anak dengan speech delay dengan sering mengajak berbicara menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menyesuaikan kompleksitas kalimat dengan kemampuan anak. Membacakan buku cerita setiap hari menjadi aktivitas penting untuk memperkenalkan kosakata baru dalam konteks yang menyenangkan. Menyanyikan lagu anak-anak juga efektif karena irama dan pengulangan dalam lagu dapat memudahkan anak menyerap kata-kata.
Memberikan kesempatan bagi anak untuk menyampaikan keinginannya sangat crucial, dengan tidak terlalu cepat menebak atau memenuhi keinginan anak sebelum ia berusaha mengungkapkannya. Membatasi penggunaan gadget dan televisi merupakan langkah penting untuk memastikan anak mendapat stimulasi bicara yang cukup dari interaksi langsung. Yang tak kalah vital adalah memberikan pujian spesifik setiap kali anak berusaha berkomunikasi, sekalipun upaya tersebut belum sempurna, karena apresiasi akan memotivasi anak untuk terus berusaha.
2. Tips untuk Orangtua Anak dengan Autisme
Bagi orangtua anak dengan autisme, langkah pertama yang penting adalah mempelajari secara mendalam tentang autisme dan mengembangkan sikap penerimaan terhadap kondisi anak. Membangun rutinitas yang konsisten dan terstruktur sangat membantu karena anak autis cenderung merasa aman dan lebih mudah berfungsi dalam lingkungan yang dapat diprediksi. Pemanfaatan visual support seperti gambar, simbol, atau jadwal visual dapat memfasilitasi pemahaman dan komunikasi anak.
Pemberian instruksi perlu disampaikan secara singkat dan jelas, menggunakan kalimat langsung yang mudah dipahami. Menghargai setiap usaha komunikasi yang dilakukan anak, terlepas dari bentuknya, akan mendorong kepercayaan diri anak dalam berinteraksi. Terakhir, mencari dan bergabung dengan komunitas support dapat memberikan ruang berbagi pengalaman dan pembelajaran dengan orangtua lain yang menghadapi tantangan serupa, sehingga beban emosional dapat terbagi dan solusi dapat ditemukan bersama.
Setiap anak unik dan memiliki jalur perkembangannya sendiri. Baik speech delay maupun autisme, dengan dukungan, pemahaman, dan penanganan yang tepat, anak-anak ini dapat mencapai potensi terbaik mereka.
Baca juga:
- Mengenal 19 Ciri Pasangan NPD dalam Hubungan
- Ini 8 Peran Adik dalam Keluarga
- 10 Kebiasaan Orang Introvert yang Jarang di Ketahui
- 10 Cara Menghadapi Perilaku Manipulatif
FAQ: Pertanyaan Umum tentang Speech Delay dan Autis
1. Apakah anak speech delay pasti autis?
Tidak. Speech delay bisa berdiri sendiri tanpa berkaitan dengan autisme. Banyak anak dengan speech delay memiliki perkembangan sosial dan perilaku yang normal.
2. Bisakah anak autis tidak mengalami speech delay?
Ya. Beberapa anak autis memiliki kemampuan bahasa yang baik bahkan advanced, tetapi mengalami kesulitan dalam aspek sosial dan komunikasi pragmatis.
3. Kapan sebaiknya konsultasi ke profesional?
Segera konsultasi jika ada kekhawatiran tentang perkembangan anak. Prinsip “better safe than sorry” berlaku dalam deteksi dini gangguan perkembangan.
4. Apakah speech delay bisa sembuh total?
Banyak anak dengan speech delay dapat mengejar ketertinggalannya dengan intervensi dini dan tepat. Hasilnya bervariasi tergantung penyebab dan konsistensi terapi.
5. Bagaimana membedakan speech delay dan autis pada anak usia dini?
Perhatikan aspek sosial dan komunikasi nonverbal. Anak speech delay biasanya masih tertarik berinteraksi sosial, sedangkan anak autis menunjukkan keterbatasan dalam interaksi sosial.
6. Apakah penyebab pasti autisme dan speech delay?
Penyebab pasti autisme belum sepenuhnya dipahami, diduga kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Speech delay bisa disebabkan berbagai faktor termasuk genetik, lingkungan, gangguan pendengaran, atau kurang stimulasi.
7. Bisakah anak memiliki kedua kondisi sekaligus?
Ya. Beberapa anak bisa mengalami autisme disertai speech delay. Inilah pentingnya diagnosis komprehensif oleh profesional.
Referensi
- Landa, R. J. (2018). Efficacy of early interventions for infants and young children with, and at risk for, autism spectrum disorders. International Review of Psychiatry, 30(1), 25–39. https://doi.org/10.1080/09540261.2018.1432574
- Lord, C., Elsabbagh, M., Baird, G., & Veenstra-Vanderweele, J. (2018). Autism spectrum disorder. The Lancet, 392(10146), 508–520. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(18)31129-2
- American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (5th ed.). https://doi.org/10.1176/appi.books.9780890425596
- Tager-Flusberg, H., & Kasari, C. (2013). Minimally verbal school-aged children with autism spectrum disorder: The neglected end of the spectrum. Autism Research, 6(6), 468–478. https://doi.org/10.1002/aur.1329
- Ellis Weismer, S., & Kover, S. T. (2015). Preschool language variation, growth, and predictors in children on the autism spectrum. Journal of Child Psychology and Psychiatry, 56(12), 1327–1337. https://doi.org/10.1111/jcpp.12406
- Kjelgaard, M. M., & Tager-Flusberg, H. (2001). An investigation of language impairment in autism: Implications for genetic subgroups. Language and Cognitive Processes, 16(2–3), 287–308. https://doi.org/10.1080/01690960042000058
- Zubrick, S. R., Taylor, C. L., Rice, M. L., & Slegers, D. W. (2007). Late language emergence at 24 months: An epidemiological study of prevalence, predictors, and covariates. Journal of Speech, Language, and Hearing Research, 50(6), 1562–1592. https://doi.org/10.1044/1092-4388(2007/106)




