12 Cara Cerdas Mengatasi Anak Tantrum

Mengatasi Anak Tantrum

Mengatasi anak tantrum merupakan salah satu tantangan yang sering dihadapi oleh orang tua. Sebagai orang tua, menghadapi momen seperti ini bisa sangat menantang, bahkan memicu perasaan frustrasi. Namun, memahami penyebab tantrum dan mengetahui cara cerdas untuk mengatasinya dapat membantu kita sebagai orang tua untuk tetap tenang, bijaksana, dan efektif dalam merespons perilaku anak.

Apa Itu Tantrum?

Tantrum adalah ekspresi emosi berlebihan yang sering terjadi pada anak usia 1-4 tahun. Biasanya muncul ketika mereka merasa frustrasi, lelah, lapar, atau tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan. Ini bukanlah tanda bahwa anak Anda “nakal,” melainkan bagian dari proses perkembangan mereka.

Ketika anak tantrum, otaknya sedang belajar bagaimana mengelola emosi yang besar. Bayangkan anak sebagai kapal kecil di tengah badai emosi, mereka butuh bantuan sebagai “kapten” untuk menavigasi badai tersebut.

Cara Cerdas Mengatasi Anak Tantrum

Berikut ini langkah yang tepat dan cerdas untuk mengatasi anak tantrum.

1. Memahami Penyebab Tantrum pada Anak

Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam mengatasi tantrum adalah memahami penyebabnya. Tantrum bukan hanya sekadar perilaku buruk, melainkan sering kali merupakan respons emosional terhadap sesuatu yang dirasakan anak. Beberapa penyebab utama tantrum antara lain:

a. Kelelahan dan Lapar

Anak-anak sering kali lebih rentan terhadap tantrum ketika mereka merasa kelelahan atau lapar. Ini karena tubuh mereka membutuhkan lebih banyak energi, dan ketika kebutuhan dasar ini tidak dipenuhi, mereka merasa kesulitan untuk mengatur emosi mereka.

b. Kesulitan dalam Berkomunikasi

Anak-anak yang belum dapat mengekspresikan perasaan mereka dengan kata-kata sering merasa frustrasi. Mereka mungkin kesulitan memberi tahu orang tua tentang apa yang mereka butuhkan atau inginkan, yang akhirnya meluap dalam bentuk tantrum.

c. Kebutuhan untuk Perhatian

Terkadang, anak melakukan tantrum untuk menarik perhatian orang tua. Anak ingin merasa diperhatikan, dan ketika mereka merasa diabaikan, tantrum menjadi cara mereka untuk mendapat perhatian yang mereka rasa kurang.

d. Perubahan Rutinitas

Anak-anak cenderung merasa nyaman dengan rutinitas yang stabil. Ketika ada perubahan yang mendadak dalam kegiatan sehari-hari mereka misalnya, pindah rumah, liburan, atau bahkan perubahan jadwal sekolah, ini bisa memicu perasaan cemas yang berujung pada tantrum.

e. Tidak Mendapatkan Apa yang Diinginkan

Di usia tertentu, anak-anak mulai belajar tentang keinginan dan kebutuhan mereka. Ketika mereka tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka bisa merasa kecewa atau marah.

Memahami penyebab tantrum sangat membantu orang tua dalam menentukan cara yang tepat untuk merespons. Dengan ini, orang tua bisa merencanakan pendekatan yang lebih efektif dan lebih empatik.

2. Tetap Tenang dan Jangan Terpancing Emosi

Saat anak tantrum, mungkin rasa frustasi akan memuncak pada diri kita sebagai orang tua. Namun, reaksi yang tenang adalah salah satu kunci untuk mengatasi situasi ini. Menjaga ketenangan saat anak tantrum bukan hanya penting untuk menjaga suasana hati kita sendiri, tetapi juga untuk memberi contoh yang baik bagi anak.

Sebagai orang tua, kita adalah model bagi anak dalam hal pengelolaan emosi. Jika kita menunjukkan ketenangan dan kontrol diri, anak-anak akan lebih mudah belajar cara mengelola perasaan mereka sendiri. Tentu saja, ini bisa menjadi hal yang sulit, terutama saat anak menunjukkan perilaku yang sangat menantang. Namun, mencoba untuk menanggapi dengan sabar dan tidak terpancing oleh perasaan marah atau kecewa adalah langkah pertama yang cerdas.

3. Berikan Waktu untuk Anak Menenangkan Diri

Setelah anak mulai tantrum, berikan mereka ruang untuk menenangkan diri. Jangan terburu-buru untuk langsung menghadapinya atau menghentikan perilaku tersebut. Biarkan anak merasakan emosinya sejenak, karena menekan perasaan mereka bisa berisiko memperburuk keadaan.

Namun, penting untuk memberi mereka waktu yang cukup tidak terlalu lama, agar mereka tahu bahwa perilaku tersebut bukan cara yang efektif untuk mendapatkan perhatian atau menyelesaikan masalah. Waktu ini juga memungkinkan kita untuk berpikir jernih tentang langkah selanjutnya yang paling tepat.

Misalnya, jika anak mulai menangis keras, kamu bisa mengatakan dengan lembut, “Saya tahu kamu merasa marah sekarang. Cobalah ambil napas dalam-dalam dan beri saya beberapa menit. Saya akan membantu kamu.”

4. Komunikasikan dengan Lembut dan Sabar

Ketika anak sudah mulai tenang, berikan waktu bagi mereka untuk berbicara atau memberi tahu apa yang membuat mereka marah atau kecewa. Pada usia yang lebih muda, anak-anak mungkin belum bisa menjelaskan dengan kata-kata, namun dengan mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan sederhana, kita dapat membantu mereka memahami perasaan mereka.

Contoh pertanyaan yang dapat diajukan:

  • “Apa yang membuatmu marah tadi?”
  • “Apakah kamu merasa kesal karena tidak bisa bermain dengan mainan itu?”
  • “Kenapa kamu tidak ingin makan sekarang?”

Dengan cara ini, anak akan merasa didengar dan dipahami. Ini juga memberikan kesempatan untuk menjelaskan secara sederhana bahwa mereka bisa mengontrol perasaan mereka tanpa perlu berteriak atau menangis.

5. Ajarkan Anak untuk Mengenali dan Mengungkapkan Emosi

Salah satu cara jitu untuk mengatasi tantrum adalah dengan mengajarkan anak cara mengenali dan mengungkapkan perasaan mereka. Tantrum sering kali terjadi karena anak belum tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaan mereka dengan cara yang sehat.

Melatih anak untuk mengenali perasaan mereka, seperti marah, sedih, atau kecewa, dapat membantu mereka mengelola perasaan tersebut tanpa perlu berteriak atau melampiaskan kemarahan. Ajarkan mereka untuk berbicara tentang perasaan mereka dan memberi nama untuk emosi-emosi tersebut. Misalnya, jika anak marah karena mainannya diambil teman, kamu bisa mengatakan, “Kamu tampak marah karena mainanmu diambil. Coba bilang pada temanmu, ‘Tolong kembalikan mainannya.'”

Bergantung pada usia anak, kamu bisa menggunakan gambar atau buku cerita yang mengajarkan tentang perasaan, sehingga anak lebih mudah memahami konsep ini.

6. Ciptakan Lingkungan yang Menenangkan

Lingkungan yang mendukung dan menenangkan sangat penting dalam meredakan tantrum. Ketika anak merasa tertekan, terlalu banyak stimulasi, atau kebingungan, mereka lebih rentan untuk melampiaskan emosi mereka. Ciptakan lingkungan yang nyaman di rumah, baik secara fisik maupun emosional. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:

  • Mengurangi kebisingan seperti televisi atau musik keras, dapat mengganggu fokus dan ketenangan anak.
  • Terlalu terang atau gelap dapat membuat anak merasa tidak nyaman.
  • Biarkan anak bermain dengan tenang di ruang yang nyaman untuk mereka.

Lingkungan yang stabil dan nyaman memberi anak rasa aman, yang sangat membantu untuk mengurangi frustrasi yang bisa memicu tantrum.

7. Gunakan Pendekatan Positif

Alih-alih fokus pada hukuman, lebih baik kita menggunakan pendekatan yang positif dan mendorong anak untuk mengikuti aturan dengan memberikan pujian dan penguatan positif. Misalnya, saat anak bermain dengan baik, beri mereka pujian, seperti “Aku bangga kamu bisa bermain dengan teman-temanmu dengan baik.”

Memberikan perhatian positif ketika anak menunjukkan perilaku baik dapat memperkuat kebiasaan baik ini. Selain itu, anak-anak cenderung lebih responsif terhadap pendekatan yang mengutamakan penghargaan daripada hukuman atau konsekuensi negatif.

8. Berikan Pilihan yang Terbatas

Memberikan anak pilihan yang terbatas adalah cara lain untuk mengurangi tantrum. Anak-anak sering merasa frustasi ketika mereka merasa tidak ada kontrol atas situasi mereka. Dengan memberikan pilihan terbatas, anak merasa mereka masih memiliki kendali atas keputusan mereka. Misalnya, jika anak enggan makan sayur, Anda bisa bertanya, “Mau makan wortel atau brokoli dulu?” Pilihan terbatas ini memberi mereka rasa kontrol, tetapi tetap dalam batas yang Anda tentukan.

9. Gunakan Teknik Distraksi

Distraksi adalah alat yang berguna untuk meredakan tantrum, terutama jika tantrum terjadi karena kebosanan atau keinginan yang tidak dapat dipenuhi. Alihkan perhatian anak dengan kegiatan yang menyenangkan atau menarik perhatian mereka ke sesuatu yang lebih positif, seperti menggambar, bernyanyi, atau bermain.

Namun, distraksi harus digunakan secara bijaksana. Jangan terlalu sering mengalihkan perhatian anak dari masalah yang mereka hadapi, karena ini bisa menghalangi mereka untuk belajar bagaimana mengatasi perasaan mereka dengan cara yang sehat.

10. Tetapkan Batasan yang Konsisten

Batasan yang konsisten sangat penting dalam mendidik anak. Bila anak tahu bahwa ada konsekuensi tertentu untuk perilaku tantrum mereka, mereka akan lebih mampu mengendalikan diri. Misalnya, jika anak marah karena tidak mendapatkan mainan yang mereka inginkan, kamu bisa mengingatkan mereka bahwa mereka harus meminta dengan sopan, dan jika mereka terus menangis, mainan itu tidak akan diberikan.

Batasan yang jelas dan konsisten membantu anak belajar apa yang dapat diterima dan apa yang tidak, tanpa memberikan mereka ruang untuk merasa bingung.

11. Cari Dukungan Jika Diperlukan

Seandainya merasa kesulitan untuk mengatasi tantrum anak, jangan ragu untuk mencari dukungan dari orang lain. Ini bisa berupa pasangan, keluarga, atau seorang profesional seperti psikolog anak atau konselor. Terkadang, berbicara dengan orang lain dapat memberikan perspektif yang berbeda dan membantu Anda menemukan solusi baru yang lebih efektif.

12. Evaluasi dan Refleksi Diri

Setelah situasi tantrum selesai, penting untuk mengevaluasi bagaimana kamu menangani peristiwa tersebut. Apakah kamu merasa pendekatan yang di pilih efektif? Apakah ada hal yang bisa di perbaiki? Melakukan refleksi diri adalah cara terbaik untuk terus berkembang sebagai orang tua yang lebih sabar dan bijaksana.

Tantrum anak memang bisa membuat frustrasi, tetapi itu adalah bagian dari proses belajar mereka untuk mengelola perasaan. Dengan pendekatan yang tepat dan pemahaman yang mendalam, kita bisa mengatasi tantrum dengan cara yang cerdas dan penuh kasih sayang. Ini adalah momen pembelajaran, baik untuk anak maupun orang tua. Semoga informasi tentang cara cerdas mengatasi anak tantrum ini dapat bermanfaat ya.

(Disclaimer: Artikel ini hasil menyadur dari artikel ilmiah bukan hasil pendapat pribadi.)

Baca juga:

Referensi

  1. Denham, S. A. (2019). Emotional competence in childhood and adolescence. Handbook of Emotional Development, 123-145. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-811557-5.00009-6
  2. Gardner, F., Hutchings, J., Bywater, T., & Whitaker, C. (2019). Parenting interventions to reduce behavioral problems in children: Evidence from randomized controlled trials. Journal of Clinical Child and Adolescent Psychology, 48(6), 890-898. https://doi.org/10.1080/15374416.2018.1536705
  3. Hughes, C., & Ensor, R. (2022). Parental emotion regulation and child behavior: A longitudinal study. Frontiers in Psychology, 13, 650315. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2022.650315
  4. Menting, B., N. Dekovic, M., & Van der Laan, M. (2020). The Incredible Years Parenting Program: Effects on parenting and child behavior. Journal of Clinical Child and Adolescent Psychology, 49(1), 38-50. https://doi.org/10.1080/15374416.2018.1549200
  5. Webster-Stratton, C., & Reid, M. J. (2021). Parenting programs and tantrum management: Evidence from randomized controlled trials. Journal of Behavioral Therapy, 52, 71-83. https://doi.org/10.1016/j.jbtherapy.2021.02.004
Please follow and like us:
Scroll to Top