7 Ciri Orang Tua Narsistik dan Dampaknya terhadap Anak

Ciri Orang Tua Narsistik

Ciri orang tua narsistik, dimana anak-anak dapat mulai mengenali pola perilaku tersebut dan mengambil langkah-langkah untuk melindungi diri mereka sendiri secara emosional.

Tentu setiap anak berharap memiliki orang tua yang mendukung, penuh kasih sayang, dan mampu memberi mereka rasa aman. Namun, sayangnya, tidak semua orang tua bisa memenuhi harapan tersebut. Beberapa orang tua memiliki kecenderungan untuk lebih mementingkan diri mereka sendiri daripada kebutuhan emosional anak-anak mereka. Ini bisa mengarah pada perilaku yang dikenal sebagai narsistik. Orang tua narsistik memiliki karakteristik tertentu yang sering kali menempatkan anak-anak mereka dalam posisi yang sangat sulit.

Apa Itu Narsisme?

Narsisme adalah suatu pola perilaku yang ditandai dengan perasaan yang berlebihan tentang pentingnya diri sendiri, kebutuhan konstan akan perhatian, dan kurangnya empati terhadap orang lain. Orang tua narsistik sering kali melihat anak-anak sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan emosional mereka sendiri dan bukan sebagai individu yang memiliki kebutuhan dan perasaan sendiri.

Menurut para ahli psikologi, narsisme bisa berada pada spektrum, mulai dari yang ringan hingga yang lebih parah, yang dapat masuk ke dalam kategori gangguan kepribadian narsistik (NPD).

Ciri Orang Tua Narsistik

Orang tua narsistik tidak selalu mudah dikenali, karena mereka sering kali menyembunyikan sifat-sifat narsistik mereka di balik masker kepedulian dan cinta. Namun, ada beberapa tanda yang dapat membantu anak-anak atau orang lain mengidentifikasi pola perilaku narsistik. Berikut ini ciri-cirinya:

1. Terobsesi dengan Diri Sendiri

Ciri orang tua narsistik biasanya sangat terfokus pada diri mereka sendiri, seolah-olah dunia berputar di sekitar mereka. Mereka memiliki pandangan yang sangat tinggi tentang diri mereka dan sering kali merasa bahwa pencapaian pribadi mereka jauh lebih penting daripada pencapaian orang lain, termasuk anak-anak mereka. Mereka mengharapkan perhatian dan pengakuan terus-menerus, baik di rumah maupun di luar rumah. Ketika anak-anak mereka mencoba untuk berbicara tentang pencapaian atau kebutuhan mereka sendiri, orang tua narsistik cenderung mengabaikannya atau bahkan meremehkannya.

Anak-anak dari orang tua narsistik sering merasa bahwa mereka tidak pernah cukup baik atau tidak bisa memenuhi harapan orang tua mereka. Hal ini bisa menyebabkan anak-anak merasa bahwa diri mereka tidak dihargai, tidak penting, atau bahkan diabaikan. Mereka mungkin merasa seperti selalu berada dalam bayang-bayang orang tua mereka yang terobsesi pada pencapaian dan pengakuan eksternal.

2. Tidak Mampu Menunjukkan Empati

Salah satu ciri paling mencolok dari orang tua narsistik adalah ketidakmampuan mereka untuk menunjukkan empati. Mereka tidak dapat atau tidak mau memahami perasaan atau kebutuhan emosional anak-anak mereka. Ketika anak merasa sedih, cemas, atau kecewa, orang tua narsistik sering kali merespons dengan cara yang dingin atau bahkan mengabaikan perasaan tersebut. Mereka mungkin mengatakan hal-hal seperti, “Jangan terlalu cengeng,” atau “Itu masalah kecil, kamu tidak perlu merasa seperti itu.”

Anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua narsistik sering kali merasa kesepian dan tidak dihargai karena mereka tidak mendapatkan dukungan emosional yang mereka butuhkan. Ini bisa menciptakan perasaan keterasingan yang mendalam dan berlarut-larut, yang dapat memengaruhi hubungan mereka dengan orang lain di masa depan. Selain itu, kurangnya empati dari orang tua narsistik juga membuat anak-anak merasa terjebak dalam perasaan mereka sendiri tanpa ada ruang untuk berbagi atau mendapatkan pengertian.

3. Manipulatif dan Kontrol

Ciri orang tua narsistik tidak hanya terobsesi pada diri mereka sendiri, tetapi mereka juga sangat manipulatif dan cenderung menggunakan kontrol emosional terhadap anak-anak mereka. Mereka dapat dengan halus memanipulasi perasaan anak, membuat anak merasa bersalah atau bertanggung jawab atas kebahagiaan orang tua mereka. Misalnya, orang tua narsistik mungkin berkata, “Aku berkorban begitu banyak untukmu, jadi kamu harus melakukan ini untukku,” atau “Jika kamu benar-benar mencintaiku, kamu akan melakukan apa yang aku inginkan.”

Perilaku manipulatif ini sering kali sangat halus dan tidak langsung, sehingga anak-anak merasa bingung dan tidak tahu bagaimana cara menanggapi. Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan seperti ini sering kali merasa terjebak dalam pola yang tidak sehat dan sulit untuk menentang atau melawan orang tua mereka tanpa merasa bersalah.

4. Menyalahkan Anak

Orang tua narsistik tidak suka mengakui kesalahan mereka. Ketika terjadi masalah atau kesalahan, mereka lebih cenderung menyalahkan anak-anak mereka daripada melihat ke dalam diri mereka sendiri atau mengakui kesalahan mereka. Bahkan jika situasi tersebut jelas merupakan akibat dari tindakan orang tua, anak-anak tetap menjadi kambing hitam. Hal ini dapat menciptakan perasaan tidak berdaya pada anak, yang merasa bahwa mereka selalu disalahkan untuk hal-hal yang di luar kendali mereka.

Dalam banyak kasus, anak-anak ini akan merasa bahwa mereka tidak pernah cukup baik untuk memenuhi harapan orang tua mereka, dan bahkan ketika mereka berusaha keras, mereka tetap dianggap gagal. Perasaan ini bisa mempengaruhi perkembangan pribadi mereka, menyebabkan mereka merasa selalu salah dan kurang berharga.

5. Mencari Pujian dan Pengakuan Terus-Menerus

Orang tua narsistik selalu membutuhkan pujian dan pengakuan, baik dari orang lain maupun dari anak-anak mereka sendiri. Mereka ingin merasa diakui sebagai sosok yang hebat, baik di mata keluarga, teman, maupun masyarakat. Namun, pujian yang mereka terima sering kali tidak pernah cukup. Mereka menginginkan lebih banyak, dan selalu mencari perhatian yang lebih besar untuk membuktikan bahwa mereka lebih baik daripada orang lain.

Bagi anak-anak, ini bisa menjadi beban yang berat. Mereka merasa harus terus-menerus memberikan pujian atau mengagumi orang tua mereka, meskipun mereka sendiri mungkin tidak merasa bahwa orang tua mereka layak mendapatkannya. Ketika anak-anak tidak memberikan perhatian yang cukup atau gagal dalam memenuhi harapan ini, orang tua narsistik bisa merasa marah, kecewa, atau bahkan mengisolasi anak mereka sebagai bentuk hukuman. Anak-anak yang terus-menerus berada dalam situasi ini bisa merasakan kelelahan emosional yang mendalam.

6. Memanipulasi Citra Mereka

Ciri orang tua narsistik sangat peduli dengan citra mereka di mata orang lain. Mereka ingin terlihat sempurna di luar rumah dan berusaha keras untuk menjaga penampilan mereka di depan umum. Mereka mungkin tampil sebagai orang tua yang penuh kasih dan perhatian di hadapan orang lain, tetapi di rumah mereka bisa menunjukkan perilaku yang sangat berbeda. Dalam banyak kasus, anak-anak mereka menjadi korban dari perbedaan ini.

Anak-anak sering kali merasa bingung antara citra orang tua mereka di luar rumah yang tampaknya sempurna dan realitas di dalam rumah yang jauh lebih rumit. Mereka bisa merasa seperti hidup dalam kebohongan, harus menjaga citra keluarga yang sempurna sementara mereka mengalami kesulitan emosional yang mendalam. Ketidakmampuan orang tua narsistik untuk menjaga konsistensi antara citra publik dan perilaku pribadi menciptakan ketegangan yang dapat mengganggu hubungan keluarga dan menciptakan kebingungan bagi anak-anak.

7. Kurang Memberikan Dukungan Emosional

Di balik semua perilaku narsistik ini, orang tua narsistik cenderung kurang memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan anak-anak mereka. Mereka lebih fokus pada kepuasan pribadi mereka dan cenderung tidak peduli dengan perasaan atau kebutuhan anak mereka. Anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua narsistik mungkin merasa terabaikan atau bahkan tidak dianggap sama sekali. Mereka mungkin tidak pernah diajari bagaimana cara menerima kasih sayang yang tulus atau bagaimana cara mengungkapkan perasaan mereka dengan aman.

Hal ini bisa mengarah pada perasaan kesepian dan terisolasi pada anak, yang mungkin merasa tidak ada tempat untuk mereka berlabuh secara emosional. Sebagai akibatnya, mereka mungkin berjuang untuk membangun hubungan yang sehat di luar keluarga, karena mereka tidak pernah belajar bagaimana membangun kedekatan emosional yang sejati. Dukungan emosional yang minim ini bisa berdampak jangka panjang pada kesejahteraan psikologis anak-anak.

Dampak dari Orang Tua Narsistik terhadap Anak

Tumbuh di bawah pengaruh orang tua narsistik dapat berdampak buruk bagi perkembangan emosional dan psikologis anak. Beberapa dampak negatif yang dapat muncul adalah:

1. Rendahnya Harga Diri

Anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua narsistik sering merasa tidak pernah cukup baik bagi orang tua mereka. Dalam banyak kasus, mereka dihargai hanya jika mereka memenuhi harapan orang tua atau memberikan perhatian yang berlebihan kepada mereka. Karena orang tua narsistik seringkali hanya peduli dengan diri mereka sendiri, mereka cenderung mengabaikan atau meremehkan pencapaian anak-anak mereka. Anak-anak ini belajar untuk mengukur nilai diri mereka berdasarkan sejauh mana mereka bisa menyenangkan orang tua mereka atau memenuhi tuntutan yang ada.

Akibatnya, anak-anak ini seringkali memiliki harga diri yang rendah. Mereka merasa bahwa mereka tidak berharga kecuali jika mereka memenuhi standar yang ditetapkan oleh orang tua mereka. Hal ini bisa berlanjut hingga dewasa, memengaruhi kepercayaan diri mereka dalam berbagai aspek kehidupan, baik itu dalam hubungan pribadi, pekerjaan, atau bahkan dalam mengambil keputusan penting. Ketidakmampuan untuk merasakan penerimaan dan penghargaan dari orang tua menciptakan rasa kekosongan emosional yang terus mereka bawa hingga dewasa.

2. Kecemasan dan Stres

Tumbuh dalam lingkungan yang dipenuhi oleh manipulasi emosional, kritik yang tidak konstruktif, dan harapan yang tak terjangkau, anak-anak orang tua narsistik sering kali mengalami kecemasan dan stres. Mereka tidak tahu kapan mereka akan menerima perhatian atau ketika mereka akan disalahkan, karena orang tua mereka seringkali tidak konsisten dalam cara mereka memperlakukan anak-anak. Ketegangan ini menciptakan rasa cemas yang mendalam, di mana anak-anak selalu berada dalam keadaan “siaga” dan tidak merasa aman secara emosional.

Anak-anak ini juga bisa tumbuh dengan rasa takut yang besar terhadap kritik atau penolakan, baik dari orang tua mereka maupun dari orang lain di sekitar mereka. Ketidakmampuan untuk memenuhi ekspektasi orang tua sering kali berujung pada rasa bersalah dan perasaan tidak kompeten. Ketakutan ini bisa berkembang menjadi gangguan kecemasan yang kronis atau fobia sosial di kemudian hari, karena mereka takut akan penilaian atau penghakiman dari orang lain.

3. Kesulitan dalam Hubungan Pribadi

Salah satu dampak paling signifikan dari dibesarkan oleh orang tua narsistik adalah kesulitan anak-anak ini dalam menjalin hubungan yang sehat dan penuh kasih dengan orang lain. Orang tua narsistik cenderung mengabaikan kebutuhan emosional anak-anak mereka, dan anak-anak ini sering tidak diajarkan bagaimana cara menunjukkan empati atau membangun komunikasi yang sehat. Tanpa contoh yang baik dari orang tua, mereka mungkin kesulitan dalam memahami perasaan orang lain atau mengenali batasan emosional dalam hubungan.

Sebagai hasilnya, anak-anak orang tua narsistik mungkin kesulitan membangun hubungan yang saling mendukung di luar keluarga. Mereka mungkin merasa tidak percaya diri dalam membuka diri kepada orang lain, takut bahwa mereka akan disalahpahami atau ditolak. Rasa ketergantungan emosional pada orang tua yang narsistik, serta ketidakmampuan untuk menemukan keseimbangan dalam hubungan, sering kali membuat mereka merasa terisolasi. Bahkan jika mereka terlibat dalam hubungan romantis atau persahabatan, mereka mungkin membawa pola-pola tidak sehat yang mereka pelajari di masa kecil, yang dapat merusak hubungan tersebut.

4. Gangguan Emosional

Dampak emosional dari dibesarkan oleh orang tua narsistik bisa sangat serius. Anak-anak ini sering kali merasa tidak pernah menerima kasih sayang yang tulus atau perhatian yang konsisten, yang sangat penting untuk perkembangan emosional mereka. Karena kebutuhan emosional mereka sering kali diabaikan atau diremehkan, banyak anak yang dibesarkan oleh orang tua narsistik mengembangkan gangguan emosional, seperti depresi atau gangguan kecemasan.

Depresi pada anak-anak orang tua narsistik sering kali muncul karena perasaan ketidakberhargaan yang terus-menerus. Mereka merasa bahwa apapun yang mereka lakukan tidak akan pernah cukup baik untuk mendapatkan perhatian atau pengakuan dari orang tua mereka. Rasa tidak dihargai ini bisa menumbuhkan perasaan putus asa yang mendalam, yang akhirnya berkembang menjadi depresi klinis.

Selain itu, gangguan kecemasan sering kali muncul karena anak-anak ini selalu hidup dalam ketegangan dan kecemasan tentang bagaimana orang tua mereka akan merespons. Kecemasan ini bisa berupa rasa takut terhadap kritik, penolakan, atau bahkan ketakutan yang berlebihan terhadap kegagalan, karena mereka tidak diajarkan untuk menerima kesalahan sebagai bagian dari proses belajar. Anak-anak ini sering kali merasa bahwa mereka harus sempurna, atau mereka akan dihukum atau diabaikan.

5. Pencarian Cinta yang Tidak Sehat

Anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua narsistik sering kali mengembangkan pola pencarian cinta dan perhatian yang tidak sehat ketika mereka dewasa. Karena mereka tidak menerima kasih sayang yang tidak bersyarat dari orang tua mereka, mereka mungkin mencari pengakuan dan cinta dari orang lain dengan cara yang tidak seimbang. Mereka dapat terjebak dalam hubungan yang toksik, di mana mereka terus mencari perhatian dan penerimaan yang tidak mereka dapatkan di rumah.

Keinginan untuk diterima sering kali membuat mereka memilih pasangan atau teman yang tidak menghargai mereka, karena mereka menganggap bahwa mereka tidak layak mendapatkan cinta yang lebih baik. Pola pencarian cinta ini bisa menjadi berulang dan membuat mereka terjebak dalam hubungan yang berbahaya atau emosional yang tidak sehat, yang mengarah pada lebih banyak luka emosional.

6. Keterbatasan dalam Pengambilan Keputusan

Anak-anak orang tua narsistik sering kali tumbuh dengan rasa bingung dalam mengambil keputusan. Karena orang tua mereka selalu ingin mengontrol dan memanipulasi situasi, anak-anak ini sering kali merasa tidak memiliki kebebasan untuk membuat pilihan yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan mereka sendiri. Hal ini dapat membuat mereka merasa tidak percaya diri atau ragu dalam setiap keputusan yang mereka ambil, karena mereka terbiasa merasa bahwa pendapat atau perasaan mereka tidak penting.

Ketergantungan pada pendapat orang lain, terutama orang tua yang narsistik, bisa mengarah pada kebingungan identitas dan kesulitan dalam menentukan tujuan hidup yang jelas. Anak-anak ini mungkin merasa seperti mereka tidak memiliki arah yang jelas atau tujuan pribadi, karena mereka terlalu bergantung pada pandangan dan pengaruh orang lain.

Cara Menghadapi Orang Tua Narsistik

Menghadapi orang tua narsistik bisa sangat sulit, terutama jika mereka terus-menerus mencoba mengendalikan dan memanipulasi anak-anak mereka. Namun, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk menjaga kesehatan mental dan emosional anak, bahkan ketika menghadapi orang tua yang narsistik.

1. Membatasi Interaksi

Bila memungkinkan, cobalah untuk membatasi interaksi dengan orang tua narsistik. Ini bisa membantu mengurangi tekanan emosional dan memberi ruang bagi anak untuk tumbuh secara sehat. Tentukan batasan yang jelas dan pastikan untuk menghormati batasan tersebut.

2. Mencari Dukungan Profesional

Menghadapi orang tua narsistik bisa mempengaruhi kesehatan mental anak secara signifikan. Mencari bantuan dari seorang terapis atau konselor bisa membantu untuk memproses perasaan dan belajar cara mengatasi trauma yang mungkin telah terjadi akibat perlakuan orang tua yang narsistik.

3. Mengembangkan Kemandirian Emosional

Anak-anak orang tua narsistik perlu belajar untuk membangun kemandirian emosional mereka sendiri. Ini berarti belajar untuk tidak bergantung pada perhatian atau persetujuan orang tua mereka untuk merasa berharga. Dengan cara ini, mereka bisa lebih siap untuk menjalani kehidupan yang lebih sehat dan seimbang.

4. Menerima Fakta

Menerima bahwa orang tua narsistik mungkin tidak akan berubah bisa menjadi langkah pertama untuk menyembuhkan diri. Meskipun ini sulit, menerima kenyataan bahwa orang tua tersebut tidak mampu memberikan dukungan emosional yang sehat bisa membantu anak untuk melepaskan beban emosional yang ada.

Demikianlah ulasan tentang ciri orang tua narsistik beserta dampak dan cara menghadapinya yang disadur dari beberapa artikel ilmiah, Semoga bermanfaat ya.

Baca juga:

Referensi

  1. Barry, C. T., Kauten, R. L., & Kachadourian, L. K. (2007). Narcissism and the emotional experience of adolescents: A review of the literature. Journal of Youth and Adolescence, 36(5), 743-756. https://doi.org/10.1007/s10964-006-9135-7
  2. Campbell, W. K., & Foster, C. A. (2002). Narcissism and the leadership process: The role of narcissistic self-enhancement in leadership. The Leadership Quarterly, 13(3), 577-595. https://doi.org/10.1016/S1048-9843(02)00049-3
  3. Emmons, R. A. (1984). Factor analysis of narcissism and self-esteem. Journal of Personality and Social Psychology, 47(5), 1181-1189. https://doi.org/10.1037/0022-3514.47.5.1181
  4. Miller, J. D., Lynam, D. R., Flick, L. C., & Maples, J. L. (2018). A test of the five-factor model of personality and narcissism in a national sample. Personality and Individual Differences, 132, 45-54. https://doi.org/10.1016/j.paid.2018.05.017
  5. Pincus, A. L., & Lukowitsky, M. R. (2010). Narcissism and interpersonal functioning: A meta-analytic review. Journal of Personality Disorders, 24(1), 23-45. https://doi.org/10.1521/pedi.2010.24.1.23
  6. Rhodes, J. E., & Brown, L. B. (2005). Narcissism in parents: Implications for the emotional development of children. Developmental Psychology, 41(6), 1383-1391. https://doi.org/10.1037/0012-1649.41.6.1383
  7. Ronningstam, E. (2005). Narcissistic personality disorder: A review of theory and research. Psychiatry Clinics of North America, 28(3), 567-589. https://doi.org/10.1016/j.psc.2005.06.006
  8. Twenge, J. M., & Campbell, W. K. (2009). Narcissism and the need for self-esteem: A meta-analytic and theoretical review. Psychological Bulletin, 135(1), 106-128. https://doi.org/10.1037/a0013914
  9. Zeigler-Hill, V., & Vonk, J. (2015). Narcissism and self-esteem: A meta-analytic review. Journal of Research in Personality, 56, 38-46. https://doi.org/10.1016/j.jrp.2015.02.005
  10. Ziegler-Hill, V., & Showers, C. J. (2007). The role of narcissism in predicting maladjustment: Effects on self-esteem, social support, and psychological distress. Personality and Individual Differences, 43(3), 546-557. https://doi.org/10.1016/j.paid.2007.01.029
Please follow and like us:
Scroll to Top