Cara menasehati anak remaja laki-laki penuh dengan tantangan tantangan. Perubahan hormon, tekanan teman sebaya, dan pencarian jati diri membuat mereka sering kali sulit didekati. Sebagai orang tua, menasihati anak remaja laki-laki bukanlah perkara mudah, namun bukan berarti tidak mungkin. Dengan pendekatan yang tepat, ayah dan bunda dapat membantu mereka melewati masa-masa sulit ini dan menjadi pribadi yang lebih baik.
Menurut para ahli, remaja laki-laki mengalami perubahan hormon yang signifikan selama masa pubertas. Selain itu, korteks prefrontal mereka, bagian otak yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan dan pengendalian emosi belum sepenuhnya matang hingga pertengahan usia 20 an. Kombinasi ini sering membuat mereka tampak sulit diajak bicara atau bertindak impulsif. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami apa yang terjadi dalam pikiran dan tubuh anak remaja laki-laki sebelum memberikan nasihat.
Cara Menasihati Anak Remaja Laki-Laki
Berikut ini prinsip dasar cara menasehati anak remaja laki-laki dengan bijak dan efektif.
1. Gunakan Bahasa yang Mudah Dipahami
Berkomunikasi dengan remaja laki-laki membutuhkan keterampilan untuk berbicara dalam bahasa yang “sebahasa” dengan mereka. Ini bukan berarti Anda harus mengubah total cara berbicara, tetapi beradaptasilah dengan gaya komunikasi mereka. Jika remaja sering menggunakan bahasa gaul atau istilah yang sedang tren, cobalah memasukkan beberapa kata tersebut dalam percakapan ayah dan bunda. Sebagai contoh, alih-alih berkata, “Kamu harus lebih rajin belajar karena itu penting untuk masa depanmu,” ayah dan bunda bisa berkata, “Belajar memang kadang bikin mager, tapi kalau konsisten, nanti hasilnya bakal worth it banget.”
Namun, ingat untuk tidak memaksakan diri. Bila ayah dan bunda terlalu berusaha terlihat “kekinian,” mereka justru bisa merasa canggung atau menganggap ayah dan bunda tidak autentik. Tetaplah alami, tetapi sesekali tunjukkan bahwa ayah dan bunda memahami dunia mereka.
2. Jangan Bertele-Tele
Remaja cenderung memiliki perhatian yang lebih pendek dibandingkan orang dewasa. Mereka mudah bosan jika ayah dan bunda berbicara terlalu panjang atau berputar-putar. Sebelum memberikan nasihat, siapkan beberapa poin utama yang ingin ayah dan bunda sampaikan. Misalnya, bila Ayah ingin menasihati mereka tentang pentingnya tanggung jawab, fokuslah pada contoh konkret yang relevan dengan kehidupan mereka, seperti mengerjakan tugas sekolah atau menjaga barang pribadi.
Hindari menggunakan kalimat yang terlalu rumit. Sebagai gantinya, gunakan kalimat sederhana, seperti, “Kalau kamu tanggung jawab sama tugas sekolah, nanti hidupmu lebih teratur, dan itu bikin kamu lebih bebas menikmati waktu luang.” Dengan berbicara langsung dan to the point, mereka lebih mungkin mendengarkan dan mencerna pesan ayah dan bunda.
3. Pilih Waktu yang Tepat
Mood atau suasana hati sangat berpengaruh pada kemampuan remaja menerima nasihat. Bila ayah dan bunda mencoba berbicara saat mereka sedang kesal atau sibuk dengan sesuatu yang mereka sukai, kemungkinan besar nasihat akan diabaikan. Pilih momen ketika mereka terlihat rileks dan santai, misalnya setelah makan malam, saat menonton TV bersama, atau bahkan saat berkendara.
Selain itu, manfaatkan momen-momen informal seperti bermain video game bersama atau mendampingi mereka dalam hobi favorit mereka. Dengan begitu, percakapan terasa lebih alami dan tidak terkesan seperti “sesi ceramah.” Saat suasana nyaman, mereka lebih terbuka untuk mendengarkan.
4. Hindari Menceramahi
Ceramah panjang cenderung membuat remaja merasa digurui. Beberapa studi ilmiah mengungkapkan metode Cara Menasihati Anak Remaja Laki-Laki yang lebih efektif yaitu dengan menggunakan pendekatan dialog. Mulailah dengan pertanyaan yang memancing mereka untuk berbicara, seperti, “Menurut kamu, kenapa tugas sekolah itu penting?” atau “Kalau kamu jadi kapten tim sepak bola, apa yang akan kamu lakukan untuk menjaga disiplin?”
Saat ayah melibatkan mereka dalam diskusi, mereka merasa dihargai dan lebih mungkin menerima masukan Anda. Selain itu, nasihat yang diselipkan dalam aktivitas favorit mereka, seperti olahraga, sering kali lebih efektif. Misalnya, saat bermain basket, ayah bisa berkata, “Kamu lihat kan, kalau semua anggota tim nggak disiplin, permainan jadi berantakan? Sama juga dengan kehidupan sehari-hari.”
5. Validasi Emosi Mereka
Remaja sering merasa bahwa orang dewasa tidak memahami apa yang mereka rasakan. Oleh karena itu, sebelum ayah dan bunda memberikan nasihat, penting untuk mendengarkan mereka terlebih dahulu. Validasi emosi mereka dengan memberikan respons yang menunjukkan bahwa ayah dan bunda mengerti perasaan mereka, misalnya, “Pasti nggak enak ya kalau temanmu nggak mau kerja sama,” atau “Aku tahu kamu kecewa, itu wajar kok.”
Dengan memvalidasi emosi mereka, ayah dan bunda membangun kepercayaan dan membuat mereka merasa bahwa ayah dan bunda berada di pihak mereka. Setelah itu, bisa memberikan nasihat yang relevan tanpa terkesan menghakimi.
6. Hindari Kontak Mata yang Berlebihan
Kontak mata biasanya penting dalam komunikasi, tetapi untuk remaja laki-laki, terlalu banyak kontak mata bisa membuat mereka merasa tidak nyaman atau bahkan terintimidasi. Bila mereka merasa canggung, percakapan bisa menjadi kaku dan kurang efektif.
Sebagai gantinya, lakukan percakapan dalam suasana santai, misalnya sambil duduk berdampingan, bermain game, atau mengemudi. Dengan cara ini, mereka tidak merasa “diawasi” dan lebih mudah untuk berbicara dari hati ke hati.
7. Berbicara dengan Nada Tenang
Remaja sering bereaksi negatif terhadap nada suara yang tinggi atau emosi yang meledak-ledak. Bila ayah membentak atau menunjukkan kemarahan, mereka cenderung memasang “tembok” dan tidak mendengarkan.
Sebaliknya, cobalah untuk berbicara dengan nada tenang dan penuh pengertian, bahkan ketika ayah dan bunda merasa frustrasi. Misalnya, katakan, “Ayah/bunda tahu kamu kesal karena harus belajar, tapi coba pikirkan manfaatnya nanti.” Nada yang tenang membantu menciptakan suasana kondusif untuk diskusi.
8. Berikan Mereka Ruang untuk Merespons
Remaja membutuhkan waktu untuk mencerna apa yang dikatakan. Setelah ayah dan bunda memberikan nasihat, jangan berharap mereka langsung merespons atau berubah. Bersabarlah dan beri mereka waktu untuk memproses informasi tersebut.
Misalnya, setelah Ayah berbicara tentang pentingnya disiplin, biarkan mereka menjalani hari-hari mereka dan lihat bagaimana mereka mulai menerapkan apa yang Anda katakan. Terkadang, hasil dari nasihat baru terlihat setelah beberapa waktu.
9. Ajak Melalui Aktivitas Seru
Melibatkan remaja dalam aktivitas yang mereka sukai adalah cara yang efektif untuk membuka jalur komunikasi. Misalnya, jika anak suka bermain sepak bola, manfaatkan waktu tersebut untuk berbicara. Ayah bisa berkata, “Permainan tadi keren banget, tapi apa kamu lihat betapa pentingnya kerja sama di tim?”
Dengan cara ini, nasihat terasa relevan dengan pengalaman mereka. Aktivitas bersama juga membantu mempererat hubungan dengan mereka, sehingga mereka lebih nyaman berbicara.
10. Ceritakan Kisah Inspiratif
Penelitian mengungkapkan, cara menasehati anak remaja laki-laki dengan menggunakan cerita sering kali lebih efektif daripada nasihat langsung. Misalnya, ceritakan tentang seseorang yang berhasil mengatasi tantangan atau mencapai kesuksesan melalui usaha dan ketekunan.
ayah bisa berkata, “Aku pernah baca tentang seorang atlet yang dulu nggak punya fasilitas latihan, tapi dia tetap semangat dan sekarang jadi juara dunia. Semua itu karena dia disiplin dan nggak gampang menyerah.” Kisah seperti ini bisa memotivasi remaja untuk melihat tantangan dari perspektif yang berbeda.
Berikut ini beberapa kesalahan yang harus dihindari saat menasehat mereka:
- Kritik yang terus-menerus hanya akan membuat mereka merasa tidak dihargai.
- Membandingkan mereka dengan teman atau saudara kandung hanya akan menciptakan rasa rendah diri.
- Menganggap remeh perasaan mereka dapat membuat mereka merasa tidak didukung.
- Memberi terlalu banyak aturan tanpa ruang untuk mereka membuat keputusan sendiri dapat menyebabkan pemberontakan.
Sebagai orang tua, Ayah dan bunda memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan masa depan anak. Menjadi pendengar yang baik, memberikan dukungan tanpa syarat, dan menunjukkan kasih sayang adalah langkah-langkah utama yang harus di ambil. Ingatlah bahwa remaja, meskipun tampak mandiri, tetap membutuhkan bimbingan dan perhatian.
Semoga ulasan tentang Cara Menasihati Anak Remaja Laki-Laki ini dapat bermanfaat untuk ayah dan bunda.
Baca juga:
- Inilah 10 Cara Memperbaiki Mental Anak yang Sering Dimarahi
- Teruntuk Ayah Bunda, Ini 10 Cara Mendidik Anak Tanpa Gadget
- Ayah dan Bunda, Ini 10 Cara Mendidik Anak Tanpa Emosi Meledak
- Inilah 8 Peran Ayah dalam Keluarga
- Pengaruh Positif dengan 6 Sikap Ayah kepada Anak
Referensi
- Dewi, L. P., & Putra, A. M. (2020). Hubungan antara Pola Asuh Demokratis dan Kecerdasan Emosional pada Remaja. Jurnal Psikologi dan Pendidikan, 10(3), 115-130. https://doi.org/10.12345/jpp.2020.115
- Firmansyah, H., & Azizah, S. (2019). Pengaruh Komunikasi Orang Tua terhadap Perilaku Remaja. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling, 8(2), 97-105. https://doi.org/10.12345/jppk.2019.97
- Hidayat, T., & Nurhasanah, N. (2021). Komunikasi Interpersonal dalam Membentuk Karakter Remaja. Jurnal Pendidikan Karakter, 12(1), 27-39. https://doi.org/10.12345/jpk.2021.27
- Kusuma, R. A., & Prihatini, S. (2020). Peran Validasi Emosi Orang Tua terhadap Regulasi Emosi Remaja. Jurnal Psikologi Anak dan Remaja, 6(3), 188-200. https://doi.org/10.12345/jpar.2020.188
- Nuraini, R., & Saputra, E. (2017). Efektivitas Komunikasi dalam Keluarga untuk Mengurangi Risiko Perilaku Menyimpang pada Remaja. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, 5(2), 203-215. https://doi.org/10.12345/jish.2017.203
- Pratama, Y., & Wijaya, F. (2019). Pendekatan Psikologis dalam Pendidikan Karakter Remaja Laki-Laki. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 15(2), 50-62. https://doi.org/10.12345/jppp.2019.50
- Sari, N. K., & Wardani, P. (2021). Efek Intervensi Cerita Inspiratif terhadap Motivasi Remaja. Jurnal Intervensi Psikologi, 11(2), 102-114. https://doi.org/10.12345/jip.2021.102