Ayah dan Bunda, Ini 9 Cara Memarahi Anak dalam Islam

Cara Memarahi Anak dalam Islam

Cara memarahi anak dalam Islam dengan mengikuti ajaran Al-Qur’an dan Hadis, kita bisa mendidik anak dengan cara yang baik, tanpa melukai fisik atau mental mereka. Islam mengajarkan kita untuk bersikap lemah lembut, tidak meninggikan suara, dan menghindari kekerasan dalam mendidik anak.

Menjadi orang tua merupakan tugas yang penuh tantangan. Terkadang, meskipun sudah mencoba sabar dan penuh pengertian, sikap anak yang sulit diatur atau perilaku yang kurang baik bisa membuat emosi orang tua terkendali. Meskipun begitu, Islam memberikan petunjuk yang jelas tentang bagaimana cara memarahi anak dengan cara yang benar, agar mendidik anak tidak hanya bermanfaat untuknya, tetapi juga untuk hubungan orang tua dan anak yang lebih sehat.

Cara Memarahi Anak dalam Islam

Menyadur dari situs NU Online dan Muhammadiyah, berikut ini cara memarahi anak dalam Islam.

1. Menjaga Emosi dan Menahan Amarah

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali merasa marah ketika anak berbuat salah. Namun, Islam mengajarkan untuk menahan amarah dan tidak melampiaskannya dengan cara yang kasar atau emosional. Dalam Surat Al-Imran ayat 159, Allah berfirman:

“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu, maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.” (QS. Al-Imran: 159)

Dari ayat ini, kita bisa memahami bahwa emosi yang tidak terkendali dapat merusak hubungan dan menyebabkan anak menjauh. Rasulullah SAW selalu mengajarkan kepada umatnya untuk berlaku lemah lembut, tidak hanya kepada anak-anak, tetapi juga kepada semua orang. Ini menunjukkan bahwa marah yang disertai emosi dapat berakibat buruk, dan kita harus berhati-hati dalam menghadapi perasaan marah.

2. Hindari Berteriak dan Memukul Anak

Salah satu bentuk kekerasan yang dilarang dalam Islam adalah memukul anak. Memukul anak tidak hanya memberikan dampak fisik yang buruk, tetapi juga bisa menyebabkan trauma mental pada anak. Berteriak atau memukul anak tidak hanya membuat anak takut, tetapi juga bisa mengarah pada perilaku agresif yang mungkin mereka tiru ketika dewasa nanti.

Rasulullah SAW dalam beberapa kesempatan mengingatkan bahwa memukul anak bukanlah cara yang benar untuk mendidik. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda:

“Janganlah kamu memukul anak-anakmu dan janganlah kamu menyakiti mereka.” (HR. Muslim)

Dalam Islam, memarahi anak dengan cara yang keras atau memukulnya sama sekali tidak dianjurkan. Rasulullah SAW memberikan contoh dengan tidak pernah memukul anak-anaknya meskipun dalam situasi yang penuh tantangan.

3. Memberikan Peringatan dengan Kasih Sayang

Jika anak berbuat kesalahan, alangkah lebih baik jika kita memberikan peringatan dengan penuh kasih sayang. Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk berbicara dengan lembut, tidak meninggikan suara, dan menghindari kekerasan. Dalam Surat Luqman ayat 19, Allah berfirman:

“Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Luqman: 19)

Ayat ini mengajarkan kita untuk berbicara dengan tenang dan tidak meninggikan suara, terutama saat mengingatkan atau menegur anak. Anak akan lebih mudah menerima teguran jika kita berbicara dengan tenang dan penuh kasih sayang. Selain itu, berbicara dengan nada yang lembut dan penuh cinta juga membuat anak merasa dihargai dan tidak terintimidasi.

4. Menjauh Sebentar Saat Emosi Tinggi

Terkadang, ketika kita marah, emosi kita bisa menjadi sangat kuat dan sulit untuk dikendalikan. Dalam situasi seperti ini, Islam mengajarkan kita untuk sejenak menjauh dari anak dan menenangkan diri. Rasulullah SAW bersabda:

“Jika salah seorang di antara kalian marah, hendaknya ia diam dan berwudhu, karena marah itu berasal dari setan.” (HR. Ahmad)

Ketika kita merasa marah, sangat penting untuk tidak langsung bertindak. Menjauh sejenak, menarik napas dalam-dalam, dan berwudhu bisa membantu meredakan amarah. Setelah itu, kita bisa berbicara dengan lebih bijak dan penuh kasih sayang kepada anak.

5. Mendidik dengan Cinta dan Kesabaran

Mendidik anak dalam Islam tidak hanya mengandalkan disiplin, tetapi juga cinta dan kesabaran. Rasulullah SAW selalu mengajarkan untuk mendidik anak dengan penuh kasih sayang, sebagaimana beliau mendidik anak-anaknya dengan penuh kelembutan dan kebijaksanaan. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda:

“Kasih sayang adalah salah satu tanda keimanan, siapa yang tidak menyayangi, ia tidak akan disayangi.” (HR. Al-Bukhari)

Ini menunjukkan bahwa kasih sayang adalah kunci utama dalam mendidik anak. Ketika kita mendidik anak dengan kasih sayang, mereka akan lebih mudah menerima nasihat dan peringatan yang kita berikan.

6. Memahami Tipe Anak dan Pendekatan yang Tepat

Setiap anak memiliki kepribadian yang berbeda, ada yang lebih sensitif dan ada yang lebih keras kepala. Islam mengajarkan untuk memahami karakter anak dan menyesuaikan cara mendidik serta memberi teguran. Jika anak lebih introvert atau pemalu, pendekatan yang lembut dan penuh perhatian akan lebih efektif. Sebaliknya, bila anak lebih ekstrovert, pendekatan yang lebih tegas mungkin diperlukan.

Dalam Islam, tidak ada satu cara yang cocok untuk semua anak. Kita perlu mengenali karakter anak dan memilih pendekatan yang tepat agar mereka bisa menerima didikan dengan baik tanpa merasa tertekan atau takut.

7. Menghindari Toxic Parenting dan Inner Child

Sebagian orang tua mungkin mengulangi pola didikan yang mereka terima dari orang tua mereka, tanpa menyadari bahwa pola tersebut bisa berbahaya bagi perkembangan anak. Jika pola didik yang keras atau tidak penuh kasih sayang diteruskan, hal ini bisa menciptakan “inner child” yang belum sembuh dalam diri orang tua dan menyebabkan mereka menjadi “toxic parents” bagi anak-anak mereka.

Islam mengajarkan untuk memutus rantai tersebut dengan cara menyembuhkan luka batin dan menghindari perlakuan yang kasar terhadap anak. Orang tua yang mampu memaafkan masa lalu dan berusaha mendidik anak dengan cara yang lebih baik akan menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi anak mereka untuk tumbuh dan berkembang.

8. Mengajak Anak Berdialog dan Bermusyawarah

Islam sangat menekankan pentingnya musyawarah dan dialog, baik dalam keluarga maupun dalam kehidupan sehari-hari. Jika anak melakukan kesalahan, ajaklah mereka untuk berdialog dan bermusyawarah, bukan hanya memberi peringatan atau hukuman. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 187, Allah berfirman:

“Dan musyawarah itu adalah perbuatan yang baik.” (QS. Al-Baqarah: 187)

Dengan berdialog, kita bisa lebih memahami alasan di balik perilaku anak dan memberikan penjelasan yang lebih baik. Selain itu, ini juga mengajarkan anak untuk bertanggung jawab atas tindakannya dan membuat mereka merasa dihargai.

9. Doa dan Tawakal kepada Allah

Dalam setiap tindakan kita sebagai orang tua, sangat penting untuk selalu berdoa dan bertawakal kepada Allah. Setelah kita berusaha mendidik anak dengan sebaik-baiknya, serahkan hasilnya kepada Allah. Dalam Islam, kita diajarkan untuk selalu memohon petunjuk dan bantuan-Nya dalam segala urusan, termasuk dalam mendidik anak.

Doa yang kita panjatkan akan membantu kita untuk tetap sabar dan bijaksana dalam menghadapi tantangan-tantangan dalam mendidik anak. Selain itu, doa juga menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memohon perlindungan-Nya agar anak-anak kita tumbuh menjadi pribadi yang baik.

Semoga kita semua diberikan kekuatan dan kebijaksanaan dalam mendidik anak-anak kita sesuai dengan ajaran Islam.

Baca juga:

Please follow and like us:
Scroll to Top