Tomat (Solanum lycopersicum): Sejarah, Ordo, Macam, Manfaat

Tomat (Solanum lycopersicum)

Tomat (Solanum lycopersicum) merupakan ordo solanales, mungkin salah satu tanaman paling serbaguna yang pernah dikenal manusia. Buah merah (atau hijau, kuning, bahkan ungu) ini bukan sekadar pelengkap masakan, melainkan juga gudang nutrisi yang telah mengubah pola makan dunia. Dari saus spaghetti Italia hingga sambal Indonesia, Solanum lycopersicum hadir dalam berbagai bentuk, memberikan cita rasa asam-manis yang khas.

Sejarah Tomat

Solanum lycopersicum berasal dari dataran tinggi Amerika Selatan, khususnya wilayah yang kini mencakup Peru, Ekuador, dan Meksiko. Suku Aztec dan Inca termasuk yang pertama membudidayakannya, menyebutnya tomatl dalam bahasa Nahuatl, yang berarti “buah yang menggembung” (Smith, 1994).

Ketika penjajah Spanyol tiba di Amerika pada abad ke-16, mereka membawa Solanum lycopersicum kembali ke Eropa. Namun, awalnya Solanum lycopersicum ditakuti karena dianggap beracun—tidak sepenuhnya salah, karena daun dan batangnya memang mengandung solanin, alkaloid yang bisa berbahaya (Rick, 1978). Butuh waktu hingga abad ke-18 sebelum Solanum lycopersicum benar-benar diterima di Eropa, terutama di Italia, yang kini menjadi salah satu konsumen terbesar di dunia.

Di Asia, Solanum lycopersicum menyebar melalui Filipina, dibawa oleh pedagang Spanyol. Dari sana, tanaman ini dengan cepat beradaptasi di berbagai iklim tropis, termasuk Indonesia, di mana Solanum lycopersicum menjadi bahan dasar sambal, sayur asam, dan banyak hidangan lainnya.

Kandungan Gizi dan Manfaat Tomat

Solanum lycopersicum tidak sekadar buah biasa—ia kerap dijuluki sebagai “superfood” karena kepadatan nutrisinya yang luar biasa. Julukan ini bukan tanpa alasan, melainkan didukung oleh sejumlah penelitian ilmiah yang mengungkap kompleksitas zat gizi dalam buah merah ini.

1. Likopen

Salah satu senyawa paling terkenal dalam Solanum lycopersicum adalah likopen, pigmen karotenoid yang memberi warna merah menyala. Berbeda dengan vitamin C yang rusak saat dipanaskan, likopen justru menjadi lebih mudah diserap tubuh setelah melalui proses pemasakan. Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Nutrition (Giovannucci, 2002) membuktikan bahwa konsumsi likopen secara teratur berkaitan dengan penurunan risiko kanker prostat hingga 35% serta perlindungan terhadap penyakit kardiovaskular. Mekanismenya? Likopen bekerja sebagai pemadam radikal bebas yang merusak sel, sekaligus mengurangi peradangan pembuluh darah.

2. Vitamin C

Selain likopen, tomat juga merupakan sumber vitamin C yang cukup signifikan. Satu buah Solanum lycopersicum berukuran sedang (sekitar 150 gram) mampu mencukupi hampir sepertiga kebutuhan harian vitamin ini. Peran vitamin C tidak hanya terbatas pada sistem imun, tetapi juga vital untuk sintesis kolagen—protein yang menjaga kekencangan kulit dan penyembuhan luka. Fakta menarik: kandungan vitamin C dalam tomat kuning ternyata lebih tinggi daripada varian merah, meskipun likopennya lebih rendah.

3. Kalium

Mineral kalium dalam Solanum lycopersicum sering kali terlupakan, padahal fungsinya sangat krusial, terutama bagi penderita hipertensi. Satu cangkir saus tomat mengandung lebih banyak kalium daripada pisang berukuran sedang. Kalium bekerja dengan cara menetralkan efek sodium, melebarkan pembuluh darah, dan menjaga irama jantung tetap stabil. Bagi atlet atau orang yang aktif berolahraga, kalium juga membantu mencegah kram otot setelah latihan intensif.

4. Serat

Jangan lupakan serat pangan yang melimpah dalam daging dan biji Solanum lycopersicum. Serat jenis larut (pektin) dan tidak larut dalam Solanum lycopersicum bekerja sinergis: pektin membantu mengontrol kadar gula darah dengan memperlambat penyerapan glukosa, sementara serat tidak larut mendorong pergerakan usus sehingga mencegah sembelit. Kombinasi ini membuat tomat menjadi pilihan cerdas bagi penderita diabetes atau mereka yang sedang menjalani program penurunan berat badan.

Yang paling mengejutkan bagi banyak orang adalah fakta bahwa Solanum lycopersicum yang dimasak justru lebih bergizi daripada yang mentah. Penelitian Nguyen & Schwartz (1999) dalam Journal of Agricultural and Food Chemistry menjelaskan bahwa pemanasan pada suhu tertentu memecah dinding sel tanaman, melepaskan likopen yang terikat matriks selulosa. Proses ini meningkatkan bioavailabilitas likopen hingga 4 kali lipat. Itulah sebabnya produk olahan seperti saus tomat, pasta tomat, atau Solanum lycopersicum yang direbus dalam sup memiliki nilai gizi lebih tinggi dalam hal kandungan antioksidan. Namun, perlu diingat bahwa vitamin C memang sebagian akan hilang selama pemasakan—alasan mengapa konsumsi Solanum lycopersicum dalam berbagai bentuk (mentah dan matang) adalah strategi terbaik.

Macam-Macam Tomat dari Ukuran dan Bentuk

Dunia Solanum lycopersicum jauh lebih kompleks daripada yang terlihat di rak-rak supermarket. Dengan lebih dari 10.000 varietas yang tercatat secara global, setiap jenis Solanum lycopersicum menawarkan karakteristik unik yang menentukan penggunaannya dalam kuliner. Pemahaman tentang perbedaan mendasar antar varietas ini menjadi kunci dalam menciptakan hidangan yang sempurna.

1. Tomat Granola

Tomat Granola, sering disebut sebagai tomat buah, merupakan varietas yang paling umum ditemui. Bentuknya yang bulat sempurna dengan pangkal datar dan daging yang tebal membuatnya ideal untuk konsumsi langsung. Ketika dipotong, teksturnya yang padat namun juicy mempertahankan bentuk dengan baik, sehingga menjadi pilihan utama untuk salad caprese atau sandwich. Kulitnya yang tipis dan rasa seimbang antara manis dan asam memberikan pengalaman makan yang menyegarkan. Di pasar tradisional Indonesia, varietas ini sering disebut sebagai “tomat sayur” karena ukurannya yang besar.

2. Tomat Gondol

Untuk kebutuhan memasak yang lebih intensif, Tomat Gondol menjadi jawabannya. Varietas yang termasuk dalam kelompok plum tomato ini memiliki bentuk oval memanjang dengan ujung meruncing. Ciri utamanya adalah daging yang lebih padat dengan jumlah biji dan kadar air yang lebih rendah dibandingkan tomat granola. Karakteristik inilah yang membuatnya menjadi primadona untuk pembuatan saus tomat, pasta, atau pengeringan menjadi sun-dried tomatoes. Di Italia, varietas Roma – salah satu jenis tomat gondol – dianggap sebagai standar emas untuk membuat saus bolognese yang autentik. Proses pemasakan yang lama justru mengembangkan rasa umami alami yang terkandung dalam dagingnya yang padat.

3. Tomat Ceri

Di ujung spektrum yang berbeda, Tomat Ceri menawarkan pengalaman kuliner yang lebih halus. Dengan diameter hanya 2-3 cm, tomat mini ini tumbuh dalam rangkaian yang panjang, sering dijual masih menempel pada tangkainya. Kandungan gula yang tinggi memberikan rasa manis yang intens, sementara kulitnya yang tipis memberikan tekstur yang renyah saat digigit. Chef-restoran bintang Michelin sering menggunakannya sebagai garnish premium atau bahan tartare yang elegan. Beberapa varietas unggulan seperti ‘Sungold’ bahkan memiliki rasa yang begitu manis sehingga bisa dijadikan camilan sehat pengganti permen.

4. Tomat Hijau

Tomat Hijau menempati niche khusus dalam dunia kuliner. Dipanen sebelum mencapai kematangan penuh, tomat jenis ini memiliki karakter rasa yang sama sekali berbeda – lebih asam, lebih tajam, dan dengan aroma herbal yang khas. Di Amerika Selatan, tomat hijau sering diolah menjadi salsa verde, sementara di Asia Tenggara menjadi bahan dasar chutney yang menyegarkan. Teksturnya yang lebih keras membuatnya tahan terhadap proses pengasaman, sehingga ideal untuk dijadikan acar. Yang menarik, beberapa varietas seperti ‘Green Zebra’ memang dirancang untuk dikonsumsi dalam keadaan hijau, dengan pola garis-garis yang estetis.

Pemilihan varietas yang tepat benar-benar dapat membuat atau menghancurkan sebuah hidangan. Sebagai contoh, menggunakan tomat granola yang berair untuk membuat saus pizza hanya akan menghasilkan adonan yang basah dan lembek. Demikian pula, menggunakan tomat ceri untuk membuat sup akan membutuhkan waktu pemasakan yang lebih lama karena ukurannya yang kecil. Para koki profesional sering kali menggabungkan beberapa varietas sekaligus – menggunakan tomat gondol untuk dasar saus, tomat ceri untuk garnish, dan tomat hijau untuk memberikan sentuhan asam yang segar.

Olahan Tomat: Dari Saus hingga Masker Wajah

Selain menjadi primadona di dapur, Solanum lycopersicum menyimpan segudang manfaat untuk perawatan tubuh alami. Kandungan vitamin C, likopen, dan antioksidan dalam buah ini menjadikannya bahan ideal untuk berbagai terapi kecantikan rumahan maupun olahan kesehatan yang mudah dibuat.

1. Kreasi Saus Tomat Alami

Membuat saus tomat sendiri di rumah ternyata lebih sederhana dari yang dibayangkan. Mulailah dengan memilih tomat Roma yang matang sempurna, direbus perlahan dalam air mendidih selama 15-20 menit hingga kulitnya mulai terkelupas. Setelah ditiriskan, haluskan daging Solanum lycopersicum menggunakan food processor atau saringan kawat, pisahkan biji dan kulit yang tersisa. Tambahkan irisan bawang putih yang sudah ditumis, daun basil segar yang dirobek halus, serta sejumput gula merah untuk menyeimbangkan keasaman. Proses pemasakan dengan api kecil selama 45 menit akan menghasilkan saus dengan konsistensi sempurna – tidak terlalu encer namun tetap lembut di lidah. Simpan dalam wadah kaca steril untuk bertahan hingga 2 minggu di lemari es.

2. Jus Detoks Penyegar Tubuh

Minuman pembersih racun ini memanfaatkan kombinasi unik nutrisi tomat. Blender 3 buah tomat matang dengan 2 batang seledri yang sudah dipotong, perasan 1/2 buah lemon, dan sejumput lada hitam. Tambahkan 100 ml air mineral jika terlalu kental. Kandungan kalium dalam Solanum lycopersicum bekerja sinergis dengan diuretik alami dalam seledri, sementara vitamin C dari lemon meningkatkan penyerapan zat besi. Minuman ini sangat ideal dikonsumsi pagi hari sebagai bagian dari program detoksifikasi, atau setelah berolahraga untuk mengembalikan elektrolit yang hilang.

3. Terapi Wajah Alami dengan Tomat

Untuk kulit berminyak yang rentan berjerawat, masker tomat memberikan solusi alami tanpa bahan kimia. Pilih tomat organik yang dihaluskan hingga menjadi pasta, campurkan dengan 1 sendok makan madu murni sebagai pelembab alami dan antiseptik. Aplikasikan pada wajah yang sudah dibersihkan, biarkan selama 15-20 menit sebelum dibilas dengan air hangat. Asam sitrat dalam tomat berfungsi sebagai eksfoliator lembut, sementara likopen membantu mencerahkan pigmentasi. Penggunaan rutin 2-3 kali seminggu akan memperlihatkan pori-pori yang lebih tersamar dan kulit yang bercahaya.

Eksperimen Lain yang Patut Dicoba

  • Toner wajah dari air perasan tomat dan witch hazel
  • Scrub tubuh dari ampas Solanum lycopersicum dan gula merah
  • Hair mask untuk kilau alami dengan pure tomat dan yogurt
  • Kompres mata dengan irisan Solanum lycopersicum dingin untuk mengurangi bengkak

Keunggulan penggunaan tomat untuk perawatan terletak pada kesegaran bahannya yang bebas pengawet, serta kandungan nutrisinya yang tetap utuh karena tidak melalui proses kimiawi. Baik untuk konsumsi maupun aplikasi topikal, tomat menawarkan solusi kecantikan yang terjangkau namun efektif, membuktikan bahwa alam seringkali menyediakan apa yang kita butuhkan.

Bila dilihat secara botani, tomat merupakan buah-buahan tapi bila dilihat dari segi kuliner orang mengganggapnya sebagai sayuran.

Baca juga:

Referensi

  • Giovannucci, E. (1999). Tomatoes, tomato-based products, lycopene, and cancer: Review of the epidemiologic literature. Journal of the National Cancer Institute, 91(4), 317-331.
  • Nguyen, M. L., & Schwartz, S. J. (1999). Lycopene: Chemical and biological properties. Food Technology, 53(2), 38-45.
  • Rao, A. V., & Agarwal, S. (2000). Role of antioxidant lycopene in cancer and heart disease. Journal of the American College of Nutrition, 19(5), 563-569.
  • Rick, C. M. (1978). The tomato. Scientific American, 239(2), 76-87.
  • Smith, A. F. (1994). The tomato in America: Early history, culture, and cookery. University of Illinois Press.
Please follow and like us:
Scroll to Top