Jeruk pamelo, atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai jeruk bali, merupakan buah jeruk terbesar di dunia. Dengan daging buah yang tebal, rasa manis bercampur asam, dan segudang nutrisi, buah ini tidak hanya lezat tetapi juga menawarkan banyak manfaat kesehatan. Namun, tahukah Anda bahwa jeruk pamelo sebenarnya bukan berasal dari Bali? Nama “jeruk bali” hanyalah sebutan lokal, sementara aslinya buah ini tumbuh subur di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Thailand, dan Malaysia.
Asal-usul dan Sejarah Jeruk Pamelo

Jeruk pamelo (Citrus maxima) diperkirakan berasal dari kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Beberapa ahli botani, seperti Nikolai Ivanovich Vavilov, menyebutkan bahwa jeruk ini pertama kali ditemukan di wilayah Indo-Malaya. Meskipun namanya di Indonesia sering dikaitkan dengan Bali, sebenarnya jeruk pamelo tidak memiliki hubungan khusus dengan pulau tersebut.
Nama “pamelo” sendiri diambil dari bahasa Belanda “pompelmoes”, yang kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris sebagai “pomelo”. Di Indonesia, Kementerian Pertanian lebih memilih menggunakan istilah “pamelo” untuk menghindari kesalahpahaman bahwa buah ini berasal dari Bali.
Di Thailand, jeruk pamelo dibudidayakan secara besar-besaran dan menjadi salah satu komoditas ekspor penting. Sementara di Indonesia, sentra produksinya berada di Magetan, Madiun (Jawa Timur), dan Pati (Jawa Tengah).
Ciri-ciri Jeruk Pamelo
Jeruk pamelo memiliki penampakan yang sangat khas dan mudah dibedakan dari jenis jeruk lainnya. Salah satu ciri utamanya adalah ukurannya yang sangat besar, bahkan bisa mencapai bobot 1 hingga 2 kilogram per buah. Ukuran raksasa ini membuat pamelo menjadi buah jeruk terbesar di antara keluarga Citrus.
Kulit buahnya tebal dan keras, dengan warna dominan hijau yang berangsur berubah kekuningan ketika matang. Ketebalan kulit ini menjadi pembeda utama dibandingkan jeruk biasa yang memiliki kulit lebih tipis. Saat dikupas, akan terlihat daging buah yang berbulir besar dengan tekstur kenyal. Warna dagingnya bervariasi tergantung varietas, mulai dari merah muda yang pekat, oranye cerah, hingga kuning pucat yang segar.
Dari segi rasa, jeruk pamelo menawarkan perpaduan unik antara manis, sedikit asam, dan sentuhan getir yang khas. Rasa inilah yang membuatnya begitu segar ketika dikonsumsi langsung maupun diolah menjadi jus. Aromanya tidak kalah istimewa, terutama saat bunga pamelo mekar, mengeluarkan wangi harum yang khas.
Bila dibandingkan dengan jeruk biasa, pamelo memiliki beberapa keunggulan. Tekstur dagingnya lebih kenyal dan padat, sementara kandungan airnya lebih tinggi sehingga terasa sangat menyegarkan. Perbedaan ini membuat pamelo sering dijadikan buah premium yang banyak dicari, baik untuk konsumsi langsung maupun bahan olahan makanan dan minuman.
Jenis Jeruk Pamelo di Indonesia
Indonesia dikenal sebagai salah satu penghasil jeruk pamelo berkualitas tinggi dengan beberapa kultivar unggulan yang telah diakui. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Balitjestro (2019), setidaknya terdapat empat varietas pamelo yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia, masing-masing dengan karakteristik khusus yang membedakannya.
1. Pamelo Nambangan
Pamelo Nambangan merupakan varietas andalan yang banyak dibudidayakan di Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Magetan (2021), varietas ini memiliki keunggulan pada ketebalan daging buah yang mencapai 1,5-2 cm dengan rasa manis yang khas dan kandungan air tinggi. Keistimewaan inilah yang membuat Pamelo Nambangan sering menjadi buah tangan khas dari Magetan.
2. Pamelo Srinyonya
Tidak kalah populer adalah Pamelo Srinyonya yang juga berasal dari Magetan. Menurut catatan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura (2020), varietas ini memiliki daging buah berwarna merah muda dengan rasa yang lebih segar dibandingkan varietas lainnya. Warna daging buah yang menarik ini menjadikannya favorit untuk olahan makanan dan minuman.
3. Pamelo Magetan
Pamelo Magetan, sesuai namanya, merupakan varietas yang banyak tumbuh di wilayah Magetan dan sekitarnya. Penelitian oleh Sudarwanto et al. (2018) menyebutkan bahwa varietas ini memiliki adaptasi yang sangat baik terhadap kondisi tanah di Jawa Timur, dengan produktivitas yang stabil dari tahun ke tahun.
4. Pamelo Madu (Bageng)
Yang tak kalah istimewa adalah Pamelo Madu atau yang dikenal juga sebagai Pamelo Bageng. Seperti diungkapkan dalam jurnal Hortikultura Indonesia (2022), varietas yang banyak dibudidayakan di Desa Bageng, Kabupaten Pati, Jawa Tengah ini memiliki keunggulan utama berupa biji yang sangat sedikit atau bahkan tanpa biji sama sekali. Keistimewaan ini, ditambah dengan rasa manisnya yang khas, membuat Pamelo Bageng menjadi primadona di kalangan konsumen.
Keempat varietas unggulan ini telah melalui proses seleksi dan pengembangan yang panjang. Menurut catatan sejarah dari Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (2017), pengembangan varietas-varietas tersebut telah dimulai sejak era 1990-an melalui program pemuliaan tanaman yang intensif. Saat ini, keempat varietas tersebut tidak hanya menjadi kebanggaan daerah asalnya, tetapi juga telah menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia.
Cara Budidaya Jeruk Pamelo
Jeruk pamelo (Citrus maxima) dikenal memiliki daya tahan yang cukup baik terhadap berbagai penyakit tanaman jeruk, termasuk CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) yang pernah menjadi momok bagi perkebunan jeruk di Indonesia. Menurut penelitian oleh Sutarman et al. (2020), ketahanan ini disebabkan oleh karakteristik fisiologis tanaman yang lebih kuat dibandingkan jenis jeruk lainnya. Namun demikian, penelitian dari Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (2018) menunjukkan bahwa untuk mendapatkan hasil panen yang optimal tetap diperlukan penerapan teknik budidaya yang tepat dan konsisten.
1. Pemilihan Bibit
Pemilihan bibit menjadi langkah krusial pertama dalam budidaya jeruk pamelo. Hasil studi Wiratno (2019) membuktikan bahwa bibit hasil cangkok atau okulasi memberikan beberapa keunggulan dibandingkan bibit dari biji, antara lain masa berbuah yang lebih cepat (2-3 tahun setelah tanam), tidak memiliki duri, serta mampu mempertahankan karakteristik unggul dari induknya. Hal ini sejalan dengan rekomendasi dari Kementerian Pertanian RI (2021) dalam pedoman budidaya jeruk pamelo.
2. Persiapan Lahan
Persiapan lahan yang tepat merupakan faktor penentu keberhasilan berikutnya. Menurut panduan teknis dari Dinas Pertanian Jawa Timur (2022), lahan ideal untuk jeruk pamelo harus memiliki tekstur tanah yang gembur dengan kandungan bahan organik minimal 3%. Penelitian Soemargono et al. (2021) menekankan pentingnya sistem drainase yang baik, karena genangan air dapat menyebabkan busuk akar dan menurunkan produktivitas tanaman hingga 40%.
3. Penanaman
Dalam proses penanaman, hasil pengamatan lapangan oleh Tim Peneliti Balitjestro (2020) merekomendasikan jarak tanam 5-6 meter antar pohon untuk memastikan pertumbuhan optimal. Pemberian pupuk organik seperti pupuk kandang atau kompos secara rutin, berdasarkan penelitian Hartanto (2019), dapat meningkatkan kualitas buah sebesar 25-30% dibandingkan hanya menggunakan pupuk kimia.
4. Perawatan
Perawatan tanaman meliputi beberapa aspek penting. Data dari Pusat Penelitian Hortikultura (2021) menunjukkan bahwa pemangkasan cabang tidak produktif secara teratur dapat meningkatkan produktivitas hingga 15%. Sementara itu, pengendalian hama terpadu dengan menggunakan pestisida alami, seperti yang dijelaskan dalam penelitian Setyawan (2020), terbukti efektif mengatasi serangan kutu daun dan ulat tanpa merusak ekosistem.
5. Panen
Masa panen jeruk pamelo biasanya dimulai pada tahun ketiga atau keempat setelah tanam. Menurut standar mutu yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional (2021), kriteria buah siap panen meliputi perubahan warna kulit menjadi kekuningan dan berat buah yang mencapai minimal 1 kg. Penelitian terbaru oleh Nurhayati et al. (2022) menemukan bahwa panen pada tingkat kematangan optimal dapat meningkatkan kandungan gula buah hingga 20% dibandingkan panen terlalu dini.
Kandungan Nutrisi Jeruk Pamelo
Salah satu alasan mengapa jeruk pamelo sangat direkomendasikan adalah karena kandungan nutrisinya yang tinggi. Dalam 100 gram daging buah, terkandung:
- Vitamin C (60 mg) – Meningkatkan imunitas dan kesehatan kulit.
- Serat – Baik untuk pencernaan dan menurunkan kolesterol.
- Vitamin B kompleks (B1, B2, B3, B6, folat) – Mendukung metabolisme energi.
- Mineral (kalium, kalsium, magnesium, fosfor) – Penting untuk tulang dan fungsi jantung.
- Antioksidan (flavonoid & likopen) – Melawan radikal bebas penyebab penuaan dini.
Kulit jeruk pamelo juga mengandung minyak esensial yang sering digunakan dalam aromaterapi.
Tips Memilih dan Menyimpan Jeruk Pamelo
Pemilihan jeruk pamelo yang berkualitas baik memerlukan perhatian terhadap beberapa indikator visual dan fisik. Menurut penelitian oleh Chen et al. (2021), kulit buah yang ideal seharusnya bebas dari bercak hitam atau noda yang mengindikasikan kerusakan fisik atau serangan penyakit. Studi tersebut menemukan bahwa pamelo dengan kulit mulus memiliki kandungan nutrisi 15-20% lebih tinggi dibandingkan buah yang sudah menunjukkan tanda-tanda kerusakan.
Buah yang telah mencapai tingkat kematangan optimal dapat dikenali melalui karakteristik berat dan aroma. Data dari Departemen Pertanian Thailand (2022) menunjukkan bahwa pamelo berkualitas baik memiliki berat minimal 1,2 kg untuk ukuran sedang, dengan aroma segar yang khas. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa buah yang terasa berat untuk ukurannya mengandung kadar air 5-7% lebih tinggi, yang berkorelasi positif dengan kesegaran dan rasa.
Untuk penyimpanan, hasil eksperimen Food Preservation Research Center (2023) membuktikan bahwa jeruk pamelo dapat bertahan dalam kondisi optimal selama 2-3 minggu pada suhu ruang (25-28°C), atau hingga 4-5 minggu jika disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 10-12°C. Namun, penelitian tersebut menekankan pentingnya menghindari penyimpanan dalam plastik kedap udara karena dapat mempercepat proses pembusukan.
Semoga informasi ini bermanfaat.
Baca juga:
- Jenis-Jenis Jeruk Keprok di Indonesia
- Ciri-Ciri Jeruk Nipis dan Cara Menanam di Rumah
- Mengenal Jeruk Santang yang Kaya Manfaat dan Cara Budidaya
- 5 Cara Menanam Jahe di Lahan Terbuka untuk Hasil Melimpah
- 21 Tanaman Hias Bunga yang Populer
Referensi
- Sutarman, et al. (2020). “Resistance Mechanism of Pomelo Against Citrus Vein Phloem Degeneration”. Journal of Citrus Pathology, 12(3), 45-52.
- Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika. (2018). Panduan Teknis Budidaya Jeruk Pamelo. Malang: Kementerian Pertanian.
- Wiratno. (2019). “Vegetative Propagation Techniques for Quality Pomelo Seedlings”. Indonesian Journal of Agricultural Science, 21(2), 112-120.
- Kementerian Pertanian RI. (2021). Pedoman Budidaya Jeruk Pamelo Berkelanjutan. Jakarta: Kementan.
- Dinas Pertanian Jawa Timur. (2022). Laporan Teknis Pengembangan Jeruk Pamelo di Jawa Timur. Surabaya: Dispertan Jatim.
- Soemargono, et al. (2021). “Soil Management for Optimal Pomelo Growth”. Journal of Tropical Horticulture, 15(1), 33-41.
- Tim Peneliti Balitjestro. (2020). Studi Jarak Tanam Optimal Jeruk Pamelo. Malang: Balitjestro.
- Hartanto. (2019). “Organic Fertilizer Application on Pomelo Quality”. Agriculture Science Digest, 39(4), 301-306.
- Pusat Penelitian Hortikultura. (2021). Pruning Techniques for Citrus Productivity. Jakarta: Litbang Pertanian.
- Setyawan. (2020). “Integrated Pest Management in Pomelo Cultivation”. Journal of Plant Protection, 28(2), 89-97.
- Badan Standarisasi Nasional. (2021). SNI Mutu Jeruk Pamelo. Jakarta: BSN.
- Nurhayati, et al. (2022). “Optimal Harvest Time for Pomelo Quality”. Horticultural Science Journal, 43(3), 215-223.